...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

29 Des 2010

Tentang Sabar

a letter to my best friend

Suatu hari kamu bertanya tentang sabar, saya jadi bingung menjawabnya. Karena seingat saya, saya pun bukan orang yang sabar. Maka saya kasitau kamu tentang sabar yang saya ketahui saja. Ini saya tulis iseng saja, kalau-kalau jawaban saya sebelumnya terlalu singkat dan menggantung.

Dulu kalau nonton sinetron bersama sekeluarga, suka terdengar dialog seperti "Sabar, sabar! Kesabaran saya ini ada batasnya!" Kamu pernah dengar juga yang seperti itu kawan? Saya yakin pernah. Terminologi 'batas dari kesabaran' sangat populer. Tapi, kalau ada dialog seperti itu, Bapak saya suka menyambar "Sabar kok ada batasnya. Sabar itu tidak berbatas." Sudah lama sekali sejak saya mendengar kalimat itu keluar dari Bapak saya, karena sudah lama juga kami sekeluarga berhenti menonton sinetron. Tapi beginilah saya. Saya tipe pembelajar audio. Otak saya seperti tape recorder yang seringkali mengingat ucapan orang tanpa bisa saya pilah. Makanya saya hapal banyak lirik lagu.

Kembali pada konteks sabar yang katanya tak berbatas. Benarkah tidak ada batas kesabaran? Jika dipikir mendalam memang seharusnya tidak ada. Jika kita menaruh patokan batas kesabaran, apa masih layak dikatakan sabar? Menurut saya sih bukan. Itu namanya tenggat waktu, grace period, sebuah ancaman. Dalam strategi marketing bentuknya bisa seperti ini: "Jika Anda tidak mengambil paketnya sekarang, Anda kehilangan kesempatan mendapatkan sebuah mobil Mercedez Benz seri terbaru." Dalam konteks kesabaran kasus sederhana bentuknya bisa begini: "Jika dia tidak memberikan kepastian tentang kontrak kerja saya di sini hingga akhir bulan, saya akan mengundurkan diri." Nah kan, serupa, tapi tak sama.

Jadi kesimpulannya bagaimana? Kalau teraniaya kita harus diam saja? Kan, katanya sabar? Dan sabar itu katanya tak berbatas? Nah, teman, di sinilah maksud saya menanyakan "Sabarnya dalam hal apa dulu nih?" Jangan jadi orang yang fatalistik, ketika disakiti/ dirugikan diam saja. Harus dipilah kapan kita berdiam dan kapan kita bertindak. Kamu tahu kawan, saya sangat suka novel Musashi. Disitu Musashi mengajarkan tentang jalan pedang, salah satunya 'do nothing if it has no use.' Jangan lakukan hal-hal yang tidak diperlukan. Ketika kamu yang baik hati ini mencoba menyelesaikan persoalan orang lain, karena merasa dicurhatin oleh orang ini, perlu dipikirkan lagi apa orang ini curhat sekedar untuk didengar atau memang mencari solusi dari kamu. Ketika seseorang mengatakan sesuatu atau berbuat hal yang tidak sreg di hati kamu, tidak perlu menganalisis berlebih seperti 'oh, dia benci gue' atau 'apa sih salah gue, kok dia begini?' atau 'ternyata gue ga dianggep, gue ga dipercaya' dan sebagainya, karena setiap orang punya harinya dimana ia butuh menjadi orang yang menyebalkan sekali waktu. Don't analyse. Kehidupan akan lebih mudah ketika kita menyederhanakan. Ga usah mempersulit agar kita dimudahkan.

Maaf ya tulisannya agak ngaco karena saya menulis dengan spontan sambil berbadai otak (brain storming :P). Tulisan saya di atas tentang sabar boleh banget kamu mentahkan, karena itu cuma casciscus yang hanya berdasar pada pemikiran saya yang kerdil ini. Kalau mau pengetahuan tentang sabar yang bisa dipertanggungjawabkan, mungkin kamu pun sudah sangat hapal. Tapi untuk mengingatkan kita bersama, saya tulis saja sekalian disini ya. Ini saya copas dari buku manual manusia yang paling sakti. Here goes,

Tentang sabar:
QS Al-Baqarah
(155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (156) yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." (157) Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tentang berkeluh kesah:
QS Al Ma'arij
(19) Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (20) Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (21) dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (22) kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, (23) yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (24) dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (25) bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau meminta, (26) dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, (27) dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
Mudah-mudahan membantu ya, kawan. Terima kasih sudah bertanya, saya juga jadi merefleksikan diri. Ayo menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Btw, kita kan pernah baca artikel tentang ketidakstabilan emosi kaum perempuan yang disebabkan oleh seringnya mengekspresikan kemarahan lewat situs jejaring sosial. Itu ada benarnya lho. Kemarahan atau ketidakpuasan sebaiknya dikonfrontasikan, didiskusikan, dicari penyelesaian, sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh jejaring sosial. Jika ada masalah, sebaiknya diceritakan pada mereka yang kira-kira bisa membantu, atau setidaknya pada mereka yang bisa mendengarkan. Saya juga pernah membaca bahwa status pada jejaring sosial itu menular. Sering membaca status negatif membuat pembacanya memiliki energi negatif juga. Makanya, ayo sebar status positif. Berbagi sesuatu yang baik agar kita juga menjadi baik.

Menjadi baik bersama-sama^^
Yuk, mari...

1 comments:

Lil mengatakan...

kamsahamida...terimakasih teman...muach..
ayo kita menjadi baik bersama-sama

Posting Komentar