...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

4 Okt 2010

Lana's Songs (3)

My Friend Over You

"Lan, gw jealous sama lo!"
Klik. Telepon ditutup.

Belum juga Lana sadar dari tidur waktu dia mengangkat telepon. Saking kagetnya, Lana menarik tubuhnya dari kasur dalam sekali tarikan. Sambil berjalan sempoyongan, Lana keluar dari kamar sambil memegang erat Motorola T190-nya.

Waktu itu baru jam setengah enam pagi.

Sambil berpegangan pada pinggiran meja, Lana men-dial nomor yang baru saja masuk ke handpone-nya. Nomor Kiwi.

Sambil berdiri lemas, menahan kantuk dan badan yang kelelahan akibat Ospek Jurusan semalam, Lana menunggu nada sambung itu berhenti. Kiwi menjawab teleponnya. "Alhamdulillah diangkat" pikirnya.

"Hallo, Wi. Lo kenapa?"

Suara yang menjawab pertanyaan Lana ternyata lebih lemah dari suaranya yang semalam dipaksa meneriakan yel angkatan dan mars himpunan.

"Gue jealous sama lo Lan..."

"Maksud lo apa Wi? Gue ga ngerti..."

"Ardi mau ngajak lo nonton. Tadi dia nanya nomor telepon dan HP lo ke gue."

"Hah?! Yang bener lo Wi? Kok bisa?"

Klik. Telepon tertutup.
"Yah, gue abis pulsa" keluh Lana dalam hati. Buru-buru dia menuju telepon rumah yang tergantung di dinding ruang tengah. Belum sempat mengangkat gagangnya untuk men-dial nomor Kiwi, telepon itu berdering.

"Sip! Kiwi nelepon balik."

Sambil mengatur denyut jantung yang kadung dag-dig-dug, secepat mungkin Lana memikirkan alasan, argumen, atau kata-kata apapun yang bisa menenangkan sahabat barunya itu. Blank. Lana ga tau mau ngomong apa saat ini.

"Hallo."

"Hallo. Assalamualaikum. Lana ya?"

"Shit! Suara Ardi."
"Waalaikum salam. Iya betul, ini Lana. Ini siapa ya?"

"Hey Lan. Ini aku, Ardi."

"Damn! Instead of using 'gue' kayak biasanya, dia malah pake kata 'aku'. What is it with you?"
"Oh, elo Di. Ada paan?"

"Ah, enggak. Kok dari tadi HP kamu sibuk sih Lan?"

"Siyal! Bener-bener nih Si Ardi. Sekarang dia malah pake kata 'kamu' instead of 'elo' kayak biasanya."
"Oo.. tadi GUE lagi teleponan sama TIWI," berharap Ardi mendengar dengan jelas kata-kata yang sengaja diberi penekanan.

"Hoo.. Eh, kamu suka nonton ga?"

"Duh. Strategi-1 gagal total"
"Hmh? Nonton? Tergantung film-nya sih. Sekarang kan lagi ga ada film yang bagus," strategi-2 diluncurkan.

"Kalo gitu kita jalan aja yuk. Besok sore, pulang kuliah, aku tungguin di Soemarja ya. Salamualaikum Lana"

"Eh, waalaikumsalam."

Klik. Ditutup. Ardi ga ngasih kesempatan Lana buat bilang 'enggak'. Strategi-2 jauh dari berhasil. Pfuihh.

"Eh, iya. Kiwi pakabar?!"

Flash- 0 8 5 6 x x x x x x x - Tuuuut ...

"Angkat dong Wiiiiii..."

Klik

"Hallo. Wi! Sori, tadi gue abis pulsa."

"Barusan Ardi telepon lo kan?"

"Oh no.. How'd she found out?"
"Eh, iya."

Hening.

"Sebenernya ini kenapa sih Wi? Gue bingung. Serius gue bingung. Kok bisa Ardi ngajak gue jalan?"

"Jadi? Dia ngajak lo jalan?"

Whops. Lana keceplosan.

"Emh, jadi. Tapi gue tadi..."
"...gue. Gue ga bisa nolak. Dia nutup duluan."

Hening.

"Wi, ngomong dong. Kok bisa dia ngajak gue...?"

Hening.
Kali ini Lana menunggu.

"Semalem, dia tanya ke gue, 'Lana udah punya pacar belom?' Abis itu dia nanya nomor HP lo."

"Terus lo kasi? Yah, Wi. Kenapa dikasih?"

"Gue bisa apa di depan Ardi, Lan? Apapun yang dia tanya pasti gue jawab. Apapun yang dia minta pasti gue kasih"

Setengah menyesal Lana mendengar jawaban Kiwi. Lebih menyesal lagi karena dia bertanya.

***

Ga sabar nunggu kejelasan tentang apa yang baru saja terjadi antara dirinya, Kiwi, dan Ardi, Lana bergegas pergi ke kampus. Mengorbankan jatah istirahat yang layak dinikmati oleh raganya yang sangat lelah oleh Ospek kemarin, Lana langsung bersiap dan pergi ke kampus pagi itu. Tau bahwa ia akan dengan mudah menemukan Kiwi di Tokema Student Centre, tanpa berbelok kemanapun dari gerbang ganesha dia masuk menembus Boulevard.

Sebagai mahasiswa baru yang belum terlalu banyak mengenal teman sekampus, bisa disukai oleh kakak senior di unit kegiatan mahasiswa seperti yang Lana alami saat ini sangat menyanjungnya. Tapi, Lana tidak berharap orang itu adalah Ardi.

Ya, akhirnya, pada acara Open House Kiwi berhasil 'memaksa' Lana untuk bergabung dengan unit kegiatan yang diikuti Ardi.

Saat masih SMP Lana sudah menyadari, bahwa memiliki teman yang lebih 'berprospek' memang tidak menyenangkan. Dulu, di SMP, Lana bersahabat dengan Autumn. Cantik, manis, dan pintar bermain musik, Lana merasa tidak berdaya jika mereka berdua sampai menyukai satu cowok yang sama. Ketika akhirnya Autumn 'dijodoh-jodohkan' dengan Harlan, yang juga disukai Lana, Lana memutuskan mundur teratur dan mendukungnya secara terang-terangan. Berarti sekarang, dia adalah Autumn, sedangkan Kiwi adalah dirinya saat masih SMP dulu.

Ardi. Bukan tipe ideal cowok yang disukai Lana. Tapi untuk disukai oleh orang seperti Ardi bukan hal yang biasa saja. Ardi, menurut Kiwi, adalah cokiber di SMA mereka dulu. Cowok Kita Bersama. Kecengan massal. Dimana senior, teman seangkatan, maupun adik kelas semua ngecengin Ardi. Dan Ardi tidak bergeming. Dia tetap menjomblo dan tidak menunjukkan minatnya untuk berhubungan istimewa dengan satu pun anak perempuan yang dikenalnya. Bahkan saat Kiwi 'digencet' oleh senior perempuan yang sekelas dan sangat menyukai Ardi. Ardi tetap lempeng. Dia tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu) bagaimana banyak perempuan melakukan cat fight dibalik punggungnya.

Sekarang, dia menunjukkan minatnya pada Lana. Senang atau tidak. Mungkin tidak. Atau sebenarnya, mungkin Lana senang. Karena dia Ge-eR, dan perasaan Ge-eR ekivalen dengan perasaan senang.

"You were everything I wanted
But I just can't finish what I started
There's no room left here on my back
It was damaged long ago
Though you swear that you are true
I'd still pick my friends over you"
[New Found Glory - My Friend Over You]

[to be continued]

0 comments:

Posting Komentar