...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

22 Okt 2010

Daddy's Little Girl

Berapapun umur kita sekarang, buat beliau, kita adalah anak kecil yang minta dimanja...

Sabtu pagi, setelah terpaksa terbangun dini harinya karena suatu kejadian yang mengagetkan, saya dibangunkan kembali oleh adik bungsu saya yang berumur 10 tahun, Si Naga. Karena belum sadar betul dari tidur, saya hanya mendengar beberapa potongan-potongan kata "Cepet bangun!", "Itu mobil!", dan "Keluarin dompet!"
Belum bangun juga, Si Naga bulat ini dengan tidak sabarnya menggoncang-goncang saya sambil berteriak "Cepetan bangun! Itu dipanggil Bapak! Katanya mobilnya rusak, cepet keluarin dompet!!"
Untuk menghargai kegigihannya bangunin saya, yang tentunya ga gampang :P, saya akhirnya duduk di kasur sambil bertanya "Apaan sih? Kenapa mobil? Ngapain ngambil dompet?"
Walaupun baru sadar dari tidur, saya ngerti kalau mobil rusak dan ngeluarin dompet ga punya korelasi langsung. Kecuali kalau mobilnya mau dibawa ke bengkel, sehingga saya harus ngeluarin dompet yang sengaja saya tinggal di dashboard tadi malam.
"Gatau! Pokoknya teteh disuruh ke bawah sama Bapak! S E K A R A N G !!" Si Naga menegaskan lagi.
"Iya, iya..." tanpa bertanya lagi saya keluar dari kamar, sadar betul kalau debat dengan anak kecil yang satu ini saya pasti kalah, secara dia Naga dan saya Kebo. Hahaha.

Saya pun turun ke bawah menghampiri Si Mawar, Avanza hitam yang mengkonsumsi lebih dari setengah gaji saya per bulannya (bahkan setelah saya membagi cicilannya dengan Ibu saya, hahaha). Ternyata, di sebelah Si Mawar, Bapak saya sudah siaga dan menyambut saya dengan komando: "Ambil kunci! Ambil dongkrak! Ban mobil kamu kempes kena paku." Ternyata maksud Si Naga ambil dompet tuh ambil dongkrak. Haha. Dasar bocah.

Ogah-ogahan saya ambil dongkrak dan kunci-kunci, yang alhamdulillah daya tau pasti letaknya di mana di dalam mobil, karena kejadian saya disuruh mengganti ban mobil itu bukan sekali ini saja saya alami. Dulu, pertama kali saya dikasih ijin bawa mobil waktu kuliah, saya pernah disuruh mencopot keempat ban mobil saya dan langsung memasangnya kembali (waktu itu nama mobil saya Don Vito). Pfhuih, usaha yang penuh perjuangan, keringat, dan lecet dimana-mana.

Saat mendongkrak, mencopot baut ban satu per satu, biasanya para tetangga menengok dan menghampiri. Biasanya para Bapak-bapak dan Akang-akang yang heran terus nongkrongin saya sampe kerjaan ganti ban selesai. Seketika itu juga, otomatis saya jadi bahan tontonan. Dan Bapak saya, untuk menjawab keheranan para penonton biasanya menjawab "Biar saya ga khawatir kalo nanti bannya kempes di tengah hutan..." Hahaha. Kesannya anak perempuannya ini liar banget sampe-sampe mau bawa mobil ke tengah hutan.

Saya tau betul. Itu hanya salah satu cara beliau menunjukkan kasih sayangnya. Dan walaupun (mungkin) saya ga akan masuk-masuk hutan, beliau ingin agar saya mandiri dan tangguh. Tapi satu hal yang mungkin beliau belum sadari (atau mungkin juga sudah, saya sendiri ga tau), dalam dunia yang maskulin ini, masih banyak cowok-cowok yang ga suka perempuan lebih tangguh dan merasa terintimidasi oleh kemandiriannya.

Speaking about boys. Bapak saya juga agak unik kalau udah berkenaan dengan saya dan teman-teman cowok saya. Kejadian paling recent adalah waktu saya mendapat teman baru di kantor. Dia anak baru yang datang dari Penang, Malaysia, walaupun aslinya orang Aceh. Karena mencoba membantu dia untuk fit-in, saya dan teman-teman yang lain sering mengajak dia jalan. Suatu hari, karena frekuensi jalan yang memang agak sering, Ibu saya bilang kalau Bapak ga suka saya sering jalan sama orang Aceh. Kata Bapak saya ke Ibu saya, orang Aceh itu ga bagus. Katanya, dari semua teman Bapak yang orang Aceh, yang kerja kebanyakan istrinya. Halah. Apa saya harus menjelaskan dengan terperinci kalau kami hanya teman biasa? Selain itu, kami juga tidak jalan berdua saja, melainkan beramai-ramai. Haha. Lagipula menurut saya orang Aceh tidak semuanya buruk. Yah, walaupun Cut Tari adalah orang Aceh. Begitupun dengan Nazriel Irham, pasangannya dalam film pendek itu, yang sama-sama berdarah Aceh. Orang Aceh yang berprestasi toh kan ada juga. Tompi misalnya, seorang dokter spesialis bedah jantung yang juga seniman multitalenta.

Setelah itu, saat kumpul keluarga besar saat Lebaran. Sepupunya sepupu saya yang orang Medan akan menikah. Tadinya saya ingin ikut ke Medan, sekalian kenalan dengan sepupunya sepupu saya itu dan teman-temannya. Sekalian juga mencari pacar. Hahaha. Siapa tau toh ada yang berprospek? Hahaha. Ketika saya katakan niat saya pada Bapak, beliau bilang "Emangnya kamu mau dapet suami orang Batak?" Halah-halah. Lagi-lagi. Bapak bilang orang Batak itu jahat-jahat, galak, nanti batin saya tersiksa. Beliau sepertinya tidak tahu, saat kuliah dulu anaknya ini sering dinyanyikan serenada romantis nan melankolis oleh Batak-Batak gahar itu. Hahaha. Beliau juga tidak tahu, kalau saat kita bilang "putus", Batak-Batak gahar ini bisa menangis tersedu-sedu.

Gemas dengan Bapak saya yang melarang saya bergaul dengan suku ini itu, Ibu saya bertanya "Jadi bolehnya sama siapa atuh? Ini ga boleh, itu ga boleh.." Tidak perlu dijawab karena kami semua sebenarnya sama-sama tahu. Dunia ini adalah dunia yang rasis. Seperti tulisan Om Bud dalam blog-nya. Orangtua keturunan Tionghoa akan mengharapkan anaknya menikah dengan sesama Tionghoa. Orangtua keturunan Padang akan mengharapkan anaknya menikah dengan sesama Padang. Seperti harimau yang akan berkumpul dengan harimau lagi, terpisah dengan segerombolan bison yang berkumpul dengan segerombolan bison, terpisah dengan segerombolan gajah yang berkumpul dengan segerombolan gajah lagi, di sana di tengah Savana Afrika. Haha, ngelantur. Sori, lagi teringat film Madagascar. Kembali ke Bapak saya, beliau sepertinya mengharapkan saya dengan orang Sunda lagi, atau orang Jawa karena beliau juga dibesarkan di Yogyakarta, atau dengan orang Palembang karena kakek saya berdarah Palembang. Haha. Entahlah. Yang pasti, satu jawaban dari beliau yang membuat kami semua terdiam, "Bapak cuma ga mau kamu susah hidupnya nanti."

And that's it. Saya, bagi Bapak saya adalah gadis kecil yang selalu minta dimanja. Berapapun usia saya sekarang. Walaupun cara penyampaiannya seringkali aneh dan sulit dinalar. Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu saja. Menunggu sampai ada seseorang yang buat Bapak saya tidak membuat beliau khawatir. Semoga nunggunya ga kelamaan. Hahahahaha. ;)


0 comments:

Posting Komentar