...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

9 Okt 2010

Obrolan Horror

Aku jadi penasaran seberapa horror dirimu.
Biasanya yang diam-diam itu lebih berbahaya.

Belom pernah seumur-umur saya nerima sms kayak gitu. Bukannya ga pernah ngobrolin tentang hal-hal 'horror', tapi hal ini rasanya kurang pantes kalo diobrolin antara cewek-cowok. By the way, buat yang belum ngeh tentang konteks 'horror' di sini, 'horror' bukan diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan mahluk-mahluk gaib, tapi sama-sama 'menyeramkan' bagi beberapa orang yang ga biasa dengan topik-topik ini. Konteks 'horror' disini berkaitan dengan hal-hal yang dianggap tabu. The hell! Horror disini artinya bokep, mesum, seks, dan istilah-istilah lainnya. You got the point now eh?

Sebagai seorang perempuan--yang menyukai hal-hal konvensional, yang lebih suka baca novel klasik seperti Little Women atau Pride and Prejudice dibanding novel metropop yang lebih modernized--obrolan horor buat saya menjadi sesuatu yang kalo di novel-novel tadi diistilahkan 'lack of propriety' alias kurang pantas. Nope, saya ga bilang hal seperti ini tabu untuk dibicarakan dan secara saklek membenci hal-hal seperti ini. Tapi perlu dipertimbangkan implikasi dari obrolan-obrolan semacam ini pada masing-masing lawan bicara.

Misalnya, ketika obrolan semacam ini dilakukan antara Ibu teman sekolah saya dengan anaknya dan temen anaknya (maksudnya saya sendiri^^). Si Ibu bilang sama kami gini "Siapa bilang malam pertama enak? Sakit tau!" atau "If you're lucky you might have a great sex. Orgasm that is." Apakah obrolan Si Ibu tadi tergolong horor? Atau ketika kita menemukan benda aneh terbungkus plastik berbentuk persegi dengan logo 'Keluarga Kecil Bahagia' di kamar orangtua kita, kemudian dengan penuh rasa ingin tahu kita nanya 'Bu, ini apaan?' lalu dijawab dengan santainya 'Oh, itu kondom'. Itu horor juga kan? Atau ketika teman kuliah kita (sesama perempuan) baru menikah dan bilang gini "Eh, Bo! Lo harus cepet-cepet nikah lo! Enak tau, bisa 'berpelukan' ;p" Horror juga kan?

Yes horror, but that's okay. Kenapa? Karena obrolannya dilakukan oleh sesama perempuan. Selain sebagai sex education, obrolan tadi ga bakal mengarah ke pikiran macem-macem antara pembicara dan lawan bicaranya.

Coba kalau obrolan tadi dilakukan antara perempuan dengan laki-laki. Misalnya saat jalan bareng seorang laki-laki dengan teman (biasa, bukan pacar) perempuan ngobrol soal jenis-jenis kondom, titik sensitif, atau gaya bercinta berdasarkan warna favorit, bukan dari pengalaman pribadi, melainkan dari artikel kosmopolitan yang mereka baca dan tertawakan bersama. Di awal mungkin ga ada perasaan risih, tapi ketika si cowok mancing dan si temen cewek menyambut dengan jawaban yang brilliant nan menunjukkan kalau cewek ini expert dalam 'kehorroran', siapa yang tau kalau di benak cowok lawan bicaranya (yang tadi mancing itu) ga berkelebat pikiran negatif tentang si cewek tadi.

Misalnya (dalam hati nih ya), "Buset ni cewek expert banget, jangan-jangan udah ga virgin!" atau "Waduh, kayaknya pengalaman pribadi nih. Pacarannya dulu berarti parah banget!" Padahal si cewek sebenernya masih polos dan tau ini itu tentang hal-hal horror dari baca, denger, atau nonton film. Is it a crime to watch Gossip Girls or Beverly Hills 90210 karena bisa ngasih kita hint tentang gimana kissing yang baik dan benar? Apa kita jadi ga virgin lagi ketika udah nonton Sex and the City?

Kesimpulannya, I'm not againts talking about that kind of stuff. Dengan catatan, dengan siapa kita berbicara, untuk keperluan apa, dan kapan kita ngobrolnya, momen serius atau bercanda. Dan ga perlu overreaction juga. Kayak pengalaman yang pernah saya alami waktu lagi booming video Ariel-Luna-Cut Tari, ada yang ngirim file video ini ke komputer saya. I hate it. I don't want to see it. And I hate how the public overreact it. Waktu itu yang terlintas di pikiran saya cuma pesen Ibu waktu kami nonton berita tentang keprihatinan menjangkitnya pornografi di kalangan anak sekolah. Waktu itu saya juga masih anak sekolah. Katanya "Ga perlu bereaksi berlebihan. Ga perlu ingin tau lebih dini. Toh nanti juga pasti ngalamin. Seks itu proses natural yang dialami semua mahluk hidup untuk survival. " It can make you happy but it's not as grand and definitely not everything.

So girls, don't be a female chauvinist:
I have lots of brothers, so I know. Bad girls is very tempting, but good girls is what they are looking for.

And boys, don't try me on:
I just want to respect myself.
'Cause if I cannot respect myself, how ever can I respect others?

2 comments:

Lil mengatakan...

q sebagai wanita terus terang i like dirty talk tp tau tempat dan dengan siapa kita berbicara, klo sesama perempuan, it's ok klo ma yg udah akrab, klo ma cow sama yg udah akrab juga n dianggap sebagai teman bukan gebetan pacar dll dan cow itu bukan org yg posible kita gebet...
klo didepan gebetan jadi cew yg manis n malu2 aja..

si meong dan si kebo mengatakan...

Kebo:
ga ada yang bisa mastiin cowok yang immpossible kita gebet ga jadi "seseorang"-nya kita di masa depan... dan yang namanya menjaga bicara, ga bisa dilakukan degan pilih-pilih... misalnya, sama musuh ngomong jahat, sama temen ngomong baik... karena semuanya bisa berbalik cuma gara2 obrolan...
itu menurut saya lo ya... boleh beda...

Posting Komentar