...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

25 Nov 2010

Something About Andromeda


Bulan November hampir berakhir, kalau flash back tentang bulan November dikehidupanku terbayang yang pertama adalah film sweet November film romantic dengan pemeran utama yang ganteng dan cantik, bulan jadian kakaku dengan pacarnya tentu saja, yang tidak sadar kutahu dari buku hariannya secara tidak sengaja terbaca olehku, pada saat itu aku masih sangat bocah , begitu tertarik dengan kertas berwarna warni, wangi buah serta terdapat bling bling dicovernya, terletak tepat dibawah bantal tidur , saat itu tanpa sengaja tanganku menjelajah disana untuk mencari efek sejuk disiang hari setelah dipaksa tidur siang oleh neneku. Hahahah dasar bandit kecil aku ini kalau diingat-ingat dulu, saat itu aku belum paham kata jadian itu apa artinya. Bulan November juga pernah mengalami resign dari pekerjaan karena merasa bosan, bermalam dirumah sakit, putus sama pacar, ketemu mantan, komplit lah. Suatu peristiwa yang sampai saat ini belum pernah kualami, namun sangat wajar dialami remaja putri seumuranku, yaitu ‘balikan’ sama mantan pacar. Gak ada dalam kamusku saat dulu bahkan sampai sekarang yang namanya ‘balikan’, karena memang semua mantan aku gak ada yang sangat-sangat aku sukai. Hehehehe…track recordku dimata teman-teman adalah player sejati. Well terserah lah apa kata mereka, mengutip kata nenekku, cuek aja, memangnya kalau kita kelaparan minta sama mereka. Sifat player dan penggoda yang ada pada diriku mungkin menurun dari neneku itu, selain dipengaruhi oleh zodiac yang kata banyak orang adalah tipe-tipe pengoda. Sejujurnya, siapa sih yang mau gonta-ganti pacar terus menerus, dalam setahun bisa sampai tiga kali, bagiku normal saja, selama sudah tidak ada kecocokan ya lebih baik diakhiri, ya to. Lagian dari awal kita jadian mulanya aku gak ada rasa apapun sama cowok yang nembak aku itu. bukannya aku gak pernah bener-bener suka sama seseorang, tapi kenyataannya setiap kali aku suka sama seseorang, gak pernah sekalipun kita pernah jadian, justru orang lainnlah yang jadi pacarku, hahahaha, aneh tapi ya gitulah kira-kira kehidupan percintaanku. Semakin bertambahnya usia, semakin matangnya pemikiran, semakin tajam dalam menganalisis, maka akhir-akhir ini aku bisa menyimpulkan kenapa hal itu bisa terjadi. Jadi gini, setiap kali aku suka sama seorang ‘pria malang’ itu, aku tidak bisa menjadi diri sendiri, misalnya berubah jadi pendiam, salah tingkah, speechless, pemalu, pokoknya 180 derajat berbeda dengan diri aku sebenarnya yg cerewet, ceria, pandai berdebat, rame dan sejenisnya lah. Sometimes the person I want the most is the person I'm better off without, baru sekarang aku memahami kenapa dulu kita gak pernah jadian, seiring berjalannya waktu ternyata memang aku lebih baik tanpa kamu dan kamu. Sampai saat ini, diusiaku yg middle twenty , baru merasakan benar-benar jatuh cinta Cuma tiga kali, selebihnya entahlah apa itu. Pacar terakhir yang menurut penilaian orang-orang terdekat adalah pacar terbaik yang pernah kupunya, entahlah aku gak merasakan cinta tu sama dia. Baru setelah ku kehilangannya, seperti ada yang kosong dalam tubuh ini, berusaha mencari kesenangan dengan teman-teman dalam masa jomblo, cari gebetan baru, bahkan berpacaran lagi, tapi sepertinya masih ada ruang hampa. Berusaha untuk tidak terlalu merasakan ruang kosong itu, life must goes on, lagian aku sendiri kan yang memeutuskan untuk melepasnya, jadi gak boleh nyesel.

Fikri Nuryansanata Andromeda, 26 tahun bintang sagitarius, golongan darah O, hobby balapan, basket, main gitar, Teknik elektro sebuah universitas negeri ternama di Jawa, selalu menuliskan namanya dengan selalu menyingkat nama tengahnya karena malu dengan nama tengahnya yang terdengar seperti wanita. Fikri N Andromeda, selalu memperkenalkan diri dengan nama Fikri, panggilan kecil dirumah Ryan, dan panggilan sayangku buat dia adalah bebong. Awal pertemuanku dengannya adalah pas SMP, itu berdasarkan pengakuannya, tapi kalau diingat ingat sumpah deh aku gak ingat ma dia. Ryan dua tingkat diatasku saat SMP. Mungkin Ryan pertama kali melihatku pas SMP, tapi bagiku pertama kali melihatnya, benar-benar melihat ya, mmm kira-kira kuliah tingkat dua atau tiga ya, hehehehe bad memory. Masih berdasarkan pengakuan Ryan, kali kedua kita bertemu ialah saat tingkat SMA, saat itu SMA Ryan mengadakan sebuah perlombaan beregu antar SMA yang terdiri dari berbagai macam cabang. Ryan kelas tiga, aku kelas satu, Ryan sebagai pemain basket membela timnya, aku supporter lawan yang super rese. Tim basket sekolahku dan Ryan adalah musuh bebuyutan, namun pas tahun ini khusus tahun ini yang diturunkan adalah tim cadangan karena tim inti sekolahku disimpan untuk pertandiangan yang lebih besar. Ryan yang tahu jadi gak semangat deh mainnya, merasa tidak menemukan permainan yang imbang dan kurang adrenalin, begitu katanya. Aku anak baru kelas satu, mana ngerti hal itu, yang aku tahu adalah jadi supporter yang selalu lantang member semangat, meneriakan yel-yel, menyoraki huuuu buat tim lawan, ya something like that. Hasilnya quarter pertama kita unggul, yipiie, keunggulan tim kami membuat Ryan panas, kebakaran jenggot (walaupun saat itu Ryan Cuma punya jenggot kambing tipis). Merasa kesal terhadap supporter yang rese, karena berhasil membakar semangat tim lawannya, Ryan jadi terpacu untuk main lebih serius. Ternyata Ryan diam-diam mengincar biang kerok suporter rese itu, and that was me. Hasil akhir tim kita kalah, pertandingan dimenangkan oleh timnya Ryan dengan kejar-kejaran skor seru pada tiap quarter. Di akhir pertandingan Ryan menghampiriku (lagi-lagi aku tidak bisa mengingat kejadian ini, aku pun menduga Ryan hanya merekayasa kejadian itu, tapi setelah kutanyakan dengan teman-teman yang juga hadir disana, ternyata ceritanya sama seperti yang diceritakan Ryan, phuih payah baget aku ini), temanku yang saat itu takut kalau-kalau Ryan berbuat sesuatu yang kasar kepadaku, karena setiap tim basket kami mencetak angka, dia memandang sinis kerahku. Saat itu dia menghampiriku dan hanya tersenyum sinis sambil memandang nam tag seragam sekolahku dan merekam wajahku dimemorinya dengan diberi label, beware of the devil eyes, it can make you feel hypnotized, hahahaha.

Pertemuan ketiga terjadi di sebuah kawasan kampus universitas negeri ternama tempat aku dan Ryan kuliah, tapi beda jurusan, masih satu fakultas (nah kalau ini aku ingat). Saat itu disuatu siang yang panas menyengat aku dan kedua temanku masuk ke sebuah warnet, selain ada perlu untuk mencari bahan tugas kuliah, juga buat ngadem, lumayanlah masuk warnet ber AC agak sejuk ini ditengah perjalanan dari kampus yang super panas. Saat itu Ryan satu tingkat diatasku (loh koq bisa, bukannya cerita diatas kita beda 2 tahun, ceritanya pada tahun pertama dia masuk universitas dia salah jurusan, kedokteran umum, katanya karena dipaksa orang tua yang notabene kedua orangtuanya adalah dokter). Ryan saat itu bekerja sebagai operator warnet yang tahu sendiri gimana tampilan seorang op warnet (baru aku tahu setelah beberapa tahun kita kenal ternyata Ryan bukan op warnet tapi pemiliknya), mata sembab karena begadang hampir tiap malam buat giliran jaga shift malam, pake baju seadanya, kumel, tapi emang dasarnya Ryan manis sekucel dan segondrong apapun rambutnya tetap terlihat manis bagi teman-temanku. Saat itu lah pertama kali aku benar-benar melihat Ryan, teman-temanku yang sejak awal ngecengin dia ngotot buat ke warnet ini, padahal aku gak suka di warnet ini, sempit, ramai pokoknya g asyik lah. Stereotype op warnet yang genit sama cewek-cewek yang lagi pake warnet itu membuat aku underestimate sama Ryan, bener aja kan dugaanku, kayaknya sengaja banget deh dia buat masalah sama komputer yang kita pakai, kadang ada trouble di temanku, kadang dikomputerku, ketemenku lainnya lagi, ih annoying. Tapi satu yang ga pernah absen dari dia, senyum manisnya, tanpa sadar saat membetulkan trouble dikomputer aku, kulihat ada setitik tahi lalat kecil tipis di ujung atas bibirnya, kyaaaa manis bangetz.

Day by day week by week, lokasi warnet Ryan berada didepan pujasera anak-anak biasa nongkrong yang deket juga sama rumah kontrakan anak-anak angkatanku, tempat dimana kita selalu nongkrong gak jelas selesai kuliah, membantai teman yang berulang tahun, lembur tugas kelompok, basecamp sebelum berangkat survei dll. Karena faktor kedekatan lokasi kehidupanku dan kehidupan Ryan inilah yang membuat kita semakin dekat, walaupun aku suka dengan tahi lalat dibibirnya itu, tapi tetap tidak membuatku menyukainya. Tapi Ryan lempeng aja sama sikapku yang gak simpatik sama dia. Ryan tetep aja baik, menebar senyum manisnya, selalu membantuku. Hahaha aku yang bodoh dan tidak peka tentang apa yang terjadi hanya melewatkannya begitu saja, kesempatan itu disambar temanku, dua temanku itu habis-habisan pdkt sama Ryan. Dasar Ryan yang ga bisa nolak, nanggepin aja mereka berdua. Sampai pada tingkat akhir kita kuliah, kebanyakan yang dulu pas masa ospek masih suka bergerombol, di tingkat akhir khususnya masa pembuatan tugas akhir atau skripsi ini membuat kita menajdi berjalan sendiri-sendiri. Mulai beda jadwal asistensi dengan dosen, beda dosen, beda keperluan dll. Mencari bahan buat skripsi biasanya dari nongkrong di perpustakaan dan warnet. Dalam masa ini aku jadi semakin dekat dengan Ryan, dengan tidak adanya teman-teman disekitarku saat ‘kuberkunjung’ ketempatnya membuat fokus Ryan hanya padaku. Tahu kan bagaimana sebuah aliran tanpa nama yang yang hanya bisa dirasakan oleh jiwa yang disebut kasih. Seperti proses pdkt pada umumnya kita menjalani proses ini pelan dan perlahan, bermula sebagai teman yang saling mambantu, terungkap beberapa kejadian-kejadian diluar dugaan, seperti loh ternyata itu kamu smp disini bla…bla…bla..ouw kamu itu anaknya pak ini, bla..bla..bla..Bisa dibilang kebetulanlah semua. Akhirnya kita jadian setelah beberapa minggu aku wisuda (saat itu aku yang datu tingkat dibawah Ryan sudah lulus duluan dibanding Ryan, sementara Ryan masih menikmati masa skripsinya yang terulur). Berita kita jadian pun biasa aja, ga ada yang tahu, begitupun juga dengan dua temanku yang sempat ngeceng sekarang sibuk dengan pacar dan gebetan lain. Entah apa pertimbanganku menerima Ryan, yang aku rasa Cuma nyaman aja sama dia, gak ada pertimbangan lain yang membebani kepala.

Beberapa bulan setelah wisuda aku bekerja, sedang Ryan mulai agak serius menyelesaikan skripsinya dari kapan tahun. Sebenarnya Ryan adalah cowok pintar, liat aja SMA nya adalah SMA nomor satu se kota kami, begitupun juga dengan SMP dan SD nya. Cuma malas saja yang selalu menggelayuti hidupnya, disinilah peranku sebagai pacar untuk selalu mensuport dia tanpa tendensi untuk mengintimidasi maupun mengolok kemalasannya. Entah karena kumemandang hubungan kita ini berlandaskan dari pertemanan ya gimana ya, enggak ada niatku untuk menuntut dia berlaku sebagai pacar yang harus antar jemput, melakukan ini itu. Biasa aja lah kita pacarannya, antar jemput kekantor kalau dia gak sibuk, malam minggu keluar makan, nonton, atau sekedar main ps dirumahku kalau dia lagi bokek.

Enam bulan setelah kita jadian, yipie akhirnya Ryan lulus juga, ritual setelah lulus ya cari kerja. Ryan akhirnya mendaftar disebuah perusahaan provider telekomunikasi nirkabel pertama di Indonesia akhirnya berhasil masuk dengan menyingkirkan beberapa pesaingnya. Dan masalahpun dimulai, dia memperoleh wilayah trainingnya di kota lain yang bisa ditempuh stelah perjalanan darat selama 3 jam. Cinta yang dating perlahan membuatku takut kehilangan. Aku belum-belum sudah takut long distance relationship. Ryan yang selama ini selalu mampu mendinginkan kepalaku, menentramkan batin dikala kalut, mendamaikan jiwa yang bimbang, bisa meyakinkanku tentang LDR ini. Oke aku mau mencoba, apa salahnya mencoba, bagiku ini adalah dimana hubungan kita diuji untuk bisa naik ke tahap selanjutnya.

Stress kerjaan, komunikasi yang tersendat-sendat, aneh aja ya, di jaman modern ini dimana hp sudah bukan barang mewah, berkirim pesan singkatpun bisa jadi alternative komunikasi yang sangat murah ternyata juga bisa membuat kerunyaman hubungan, karena maslah perbedaan persepsi pembacaan pesan spertinya.

What happen on Fikri N Andromeda and Esha’s relationship, kabarnya hubungan mereka naik turun, ga jelas, putus kah mereka, to be continued ya…


0 comments:

Posting Komentar