...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

29 Sep 2011

Aku, Kini, dan Nanti

Sebuah torehan orang tua yang diberikan untuk anaknya, suatu saat nanti.

Untuk Anakku,

Saat ini badanku sudah renta, bukan lagi badanku yang dulu-badan kuat Ayah kebanggaanmu, yang bahu dan lehernya menjadi tumpuanmu. Maklumilah diriku. Tetaplah bersabar menghadapi ketidakmampuanku yang semakin banyak.

Saat ini, engkau mulai menyaksikan pemandangan yang kotor di hadapanmu karenaku. Bahkan, baru saja air liurku terjatuh tercecer di lantai dan telah menodai sepatumu. Maklumilah diriku. Ingatlah saat engkau mengajakku bermain di pagi hari, muntah, dan mengotori pakaian kerjaku.

Saat ini, aku sering mengulang-ulang terus ucapanku hingga membuatmu bosan. Bersabarlah, ingatlah di masa engkau meminta aku membaca setiap cerita dongeng kancil yang kuulang-ulang untuk mengantar tidur dan mimpi indahmu.

Saat ini, aku sering bingung dan tidak lagi dapat menjangkau pembicaraanmu. Janganlah merendahkanku. Ingatlah cara-cara yang kulakukan untuk menjawab setiap pertanyaan ‘mengapa’ yang selalu engkau ajukan saat itu.

Saat ini, kita berjalan bersama, namun aku tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan langkahmu. Tetaplah di sampingku, beriringanlah denganku, dan ulurkanlah tanganmu. Ingatlah bagaimana engkau belajar berjalan saat itu.

Saat ini, aku sering mengajakmu duduk bercerita. Namun aku tidak mudah lagi mencerna setiap maksud pembicaraanmu, apalagi tentang pekerjaanmu, kehidupanmu. Janganlah bosan. Perlu engkau tahu, sebenarnya topic pembicaraanmu bukan hal yang penting bagiku. Asal engkau ada disisiku, itulah kerinduanku.

Saat ini, bukan lagi seperti dulu ketika aku selalu ada mengajarimu. Aku menua dengan segala kekurangan fisik dan pikiranku. Janganlah bersedih. Tetaplah bersuka cita, seperti suka citaku di masa kecilmu. Bagaimana pun masa kecilmu telah menjadi inspirasi, kekuatan, serta penghiburan bagiku. Satu hal yang engkau harus tahu…jiwaku tetap seperti dulu, selalu bersorak-sorai, ber hip-hip hura ketika bersamamu.

Nanti, jika aku pergi menghadap Yang Maha Kuasa, aku akan merepotkanmu lagi dengan segala urusan yang berhubungan denganku dan engkau akan menumpahkan air matamu. Jangan terlalu menangisiku. Ikhlaskanlah kepergianku dan genapilah sukacitaku. Lakukanlah segala sesuatu untuk pemberangkatanku dengan senang hati. Ingatlah bahwa aku sudah ada gantinya di dunia ini, dirimu, anakku.

Seorang anak tidak pernah memilih untuk dilahirkan, dan orangtua tidak memilih untuk mengalami masa tua dan renta. Namun semua itu adalah masa-masa indah buatku dan semoga jiga selalu indah bagimu.

Ayahmu

Tulisan ini dibuat untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mengingat masa kecilnya, yang akan mengalami kebersamaan dalam masa tua orangtuanya. Orangtua kita menanamkan arti cinta agar kita mengerti bagaimana harus mencintai.

Merawat masa kecil dan mengurus masa tua adalah dua fase yang sama, yang membutuhkan kasinh tanpa syarat, dari orangtua maupun anak.


Sengaja meong kutip dari buku yang baru-baru ini meong baca, buku yang meong berikan kepada teman, tapi dia meminjamkan buku ini dulu ke meong.

Meong kutip frase ini karena ingin meong bagi, khususnya buat adek meong yang belum juga dewasa, dan bapak meong yang sudah mulai seperti anak kecil. Masih ingat betul bagaimana dulu bapak begitu memanjakan adek, walaupun sebenarnya meong tahu bapak berusaha bersikap adil, tapi tetap saja namanya bungsu selalu mendapat tempat khusus. Anyway bukan bermaksud iri, tapi gak papa selama meong tercukupi dengan kebutuhan kasih sayangmeong yg sebenarnya kebutuhan ini berbeda tiap individunya.

Cuma mau berpesan kepada adek, ingat masa kecil kamu dulu, kamu jauh lebih beruntung daripada kelima kakakmu ini, bersyukurlah, dan yang paling penting, ayo lah kamu cepatlah berpikir dewasa...


-with love meong-




2 comments:

alfanita_eo mengatakan...

rasanya setelah menikah, aku menjadi jauh dari bapak... apa bapak merasa aku diambil darinya oleh suamiku yaa...??? kemarin abis liat foto2 nikahan, ternyata ada satu momen (setelah ijab kobul) bapakku sedang menyeka air matanya... siapa yang tau apa yang ada di pikiran bapak saat itu...

terkadang aku jugah iri sama adekku... rasanya semua permintaan adekku langsung terpenuhi... sedangkan aku harus menunggu beberapa waktu dulu... bahkan kadang2 bertengkar dulu sama bapak... siapa yang tau apa yang ada di pikiran bapak saat itu...

sewaktu aku ingin kuliah di luar negeri, bapak yang paling menentang keras, karena aku belum menikah... saat itu aku maraahh sekali, karena bapak menghalangi cita-citaku... tapi jika waktu itu aku nekat berangkat, mungkin saat ini aku belum menikah, dan akan menjadi terlalu tua untuk menikah... bahkan akan susah mencari pasangan... siapa yang tau apa yang ada di pikiran bapak saat itu...

semoga saat bapak tua nanti, hingga mungkin tidak bisa berbuat apa2, aku masih bisa melayaninya seperti beliau memperhatikanku semasa kecil hingga aku menikah...

i luv u so much dad...

si meong dan si kebo mengatakan...

Perhaps our eyes need to be washed by our tears once in a while, so that we can see life with a clearer view again.

heheheh :)

Posting Komentar