...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

10 Sep 2011

Apa Kabar?

Dua kata berjuta makna.

Wah, sudah lama tidak menulis. Setidaknya saya merasa begitu. Malahan, ketika membuka blogger, tenyata interface-nya sudah sangat berubah. Terlihat lebih bersih dan moderen, tapi sulit digunakan. Mungkin karena belum terbiasa.

Sebelum memulai lagi menulis, saya ingin mengucapkan mohon maaf lahir dan batin bagi sahabat-sahabat yang suka dengan segala kerendahan hati membaca blog saya dan Meong. Semoga kami dimaafkan, jika sekiranya ada tulisan yang kurang sreg. Hehe.

Lebaran kali ini saya merasa berbeda. Padahal di awal saya sudah skeptis dan berfikir: lebaran begini-begini saja. Berkumpul, shalat ied bersama, berpelukan lalu menangis: kemudian besoknya akan kesal lagi, melakukan banyak kesalahan lagi, menyesal lagi. Ketika itu saya pun jadi berpikir: mungkin kali ini saya skip saja acara nagis-nangisannya, toh tiap tahun saya nangis. Ternyata tidak bisa: saya tetap menangis ketika dipeluk bapak, ibu, dan kedua adik saya yang sekarang sudah jadi pemuda. Lalu kenapa dirasa berbeda? Entahlah. Mungkin karena khotbah ied yang filosofis dan inspiring (mengingat kembali bahwa dulu khotbah ied juga yang membawa saya pada keputusan memakai kerudung). Mungkin juga karena setelah lebaran saya merasa mendapat awalan (start) baru. Tidak secara harafiah, tapi memang begitu terasanya. Biasanya moments of clarity saya dapatkan saat saya menginjak angka usia lebih tua (which is nanti, 1 bulan lagi). Tapi entah kenapa, feel-nya malah terasa saat ini. Selain merasa juga bahwa hidup ini bukan bergerak sebagai "time elapsed" tapi "time remaining." Haduh, ada apa dengan saya? Haha.

Satu lagi yang membuat berbeda. Tidak esensial tapinya: saya me-non-aktif-kan akun facebook saya. Mungkin teman-teman yang suka saya ganggu, dengan status atau link tidak penting yang saya posting ke dinding halaman itu, sudah menyadarinya. Hehe. Begitulah. Saya berpindah sepenuhnya ke kicauan burung (baca: twitter). Alasannya: karena saya adalah prbadi yang teramat sangat lemah. Saya tidak dapat menahan godaan untuk mengetahui kabar dari beberapa orang yang mencuri 'special interest' dari saya. Saya jadi selalu ingin tahu mereka (atau tepatnya: dia) sedang apa, terlihat seperti apa sekarang, kepada siapa dia menaruh hatinya, dan lain-lain--hingga saya berpikir: okay! I'm insane. It's time to move on and setting him free. YES! YOU'RE FREE! Walaupun pastinya dianya juga ga ngerasa apa-apa. Haha. Heboh sendiri.
Jadi teringat masa-masa ketika bertanya: "Apa kabar kamu?" memiliki arti sebenarnya: "Apa kamu sudah punya seseorang yang lain? Apa sudah bahagia dengannya?"

Mengutip puisi dari seseorang yang saya kagumi: "Aku suka kamu itu urusanku. Perkara kamu suka aku atau tidak itu urusanmu!"  Aedah, dahsyat kan? Haha. Begitupun sekarang, rasanya dengan ini saya sudah (sedikit) menyelesaikan urusan saya. Rasanya ingin kembali ke kenyamanan masa lalu ketika jejaring sosial paling canggih adalah friendster. Tidak memaksa kita menjadi stalker. Masa-masa nyaman karena ketika kita ingin bertanya kabarnya. Ketika rindu. Kita menganggkat telepon, mendial nomornya lalu berbincang. Meski kikuk, dan jawaban untuk kata "hallo" hanyalah "hai." Meski setelah "hai" hanya hening, sambil sesekali "hmm" atau senandung kecil. Hmm, rindu. Rindu. Apa kabar kamu? :-)

0 comments:

Posting Komentar