...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

8 Feb 2011

Something about Andromeda part III

Serendipity

November 2010, sebulan sebelum Fikri N Andromeda berulang tahun ke 26, disebuah kota yang sejuk ini Esha sedang menemani temannya menuju sebuah hotel tempat keluarganya menginap.

Sejak kepergian bintang Andromeda dari radar nya tidak membuat Esha terpuruk, walaupun keputusan pisah dengan bintangnya merupakan keslahan terbesar yang dibuatnya. Esha harus tetap bersinar seterang bintang Andromeda, melayakan dirinya menjadi jauh lebih baik untuk bisa menjadi pendamping bagi jiwa yang hebat seperti bintang Andromeda-nya. Berbagai pria sempat menghiasi buku jurnal percintaanya, namun tidak ada yang seterang Andromeda.

Saat ini Esha sedang intens dipdkt-in oleh sosok pria bernama Kenzo, teman dekat dari teman baru Esha di flat yang Esha sewa yang bernama I Dewa Ayu Ketut seorang Hindu, teledor, berasal dari Bali, baik bahkan terlalu baik sepertinya, sehingga sering dimanfaatkan oleh teman-temannya termasuk Kenzo ini.

Suatu pagi yang dinginnya menusuk tulang, Ketut terlambat bangun untuk ke salon sekaligus menjemput keluarganya di hotel yang sengaja datang dari Bali untuk melihat putri bungsunya diwisuda. Esha yang tidak tega melihat kepanikan dimuka ketut membantu jadi supir, ngebut dari flat menuju salon, hotel dan gedung wisuda yang letaknya saling berlawanan. Ketut ini memanglah biangnya telat gumam Esha kesal dalam hati karena harus memaksakan matanya terbuka lebar dibalik setir mobil. Saat menemani Ketut di salon dimanfaatkan Esha dengan ikut mematut diri didepan cermin, memasang softlense, bermake up natural untuk menyembunyikan kantung hitam yang didapatnya dari lembur kerjaan beberapa hari terakhir ini. Terimakasih kepada yang telah menciptakan concelar yang berhasil menyembunyikan mata panda ini.

Tidak terasa ya sudah bulan November lagi, belum sempat otakku merewind kejadian bulan lau, Ketut sudah berlari membawa sepatu high heelsnya ditangan kiri, sedang tangan kanannya mengangkat rok sambil meneriakiku untuk segera melunjur menjemput keluarganya. Ternyata Kenzo dan keluarganya menginap di hotel yang sama dengan keluarga Ketut, Kenzo merupakan teman sejak kecil ketut di Bali, Kenzo seorang muslim 25 tahun, cool, tinggi, hitam manis khas pria dari pulau dewata. Ketut berusia lebih muda 3 tahun dari Kenzo, nah koq, ternyata Kenzo mahasiswa telat skripsi, pindahan dari berbagai jurusan sebelumnya. Hmm dejavu, pikirku saat mengetahui latar belakang Kenzo ini. Orang tua Ketut dan Kenzo sudah seperti saudara, jadi gossip kedekatanku dengan Kenzo cepat menyebar di dua keluarga ini dengan Ketut sebagai wartawannya, thanks to Ketut, hah. Bukan bermaksud membandingkan Kenzo dengan Ryan, tapi selalu saja ada hal yang sama antara keduannya.

Belum berhenti dengan benar ni mobil, Ketut sudah melompat dengan setelan kebaya dan rok, sungguh tidak cocok banged sih kelakuan ma bajunya, dasar Ketut, memanglah. Selagi ketut menghampiri keluarganya di Lobi hotel, aku memarkirkan Mang Oyong, sebutan mobilku ini, mobil sejuta umat keluarga Indonesia. Setelah mencari tempat yang layak bagi Mang Oyong, aku menghampiri Ketut dan kelaurganya, sepersekian detik sepertinya tadi kumelihat sosok yang tidak asing bagiku, ah mungkin itu khayalanku saja karena memikirkannya menjelang hari ulang tahunnya. Setelah memastikan semua panel di mobil telah dinonaktifkan, aku berjalan menuju segerombolan orang yang berada di loby hotel. Sebenarnya otak ini sudah lelah untuk mengidentifikasi satu persatu orang yang secara bergantian diperkenalkan Ketut. Template wajah yang kupasang saat itu mata berbinar melankolis dengan bantuan soflense, senyum manis dengan bibir peachy basah dengan bantuan lipstick dan lipglos ajaib, namun otak ini sudah meronta kecapaian jadilah semua info hanya numpang lewat di otak.

Sosok indah bintang Andromeda bagai bagian dari tubuhku, saat Ryan berada di Jerman setiap hari apabila kubuka internet, baik situs jejaring social, selalu ku lihat halaman pribadi milik Ryan itu, sekedar melihat postingan status, upload foto, foto yang ditandai oleh teman-temannya, semua kulihat hampir disela sela waktuku setiap harinya. Seperti kalau kita kehilangan sebuah gigi, lidah kita pasti reflek mencoba meraba-raba posisi kosong gigi tersebut, bisa dibilang aku ini sedang terjangkit penyakit Andromeda kronis yang membutuhkan info darinya tiap detiknya. Mata, telinga ku ini sepertinya sudah reflek mengidentifikasi sosok Ryan, seperti hari ini, ternyata benar yang kulihat dari dalam mobil itu, ternyata ada Ryan disana. Saat aku sedang sibuk berkenalan dengan keluarga Ketut dan Kenzo, Ryan sedang sibuk membidik dari lensa kameranya, hoby fotografi Ryan nampaknya mulai ditekuni selama di Jerman. Hal ini bisa kulihat dengan betapa asyiknya dia dengan kamera dan berbagai peralatannya.

“Sa, kenalin, ini temenku, Fikri namanya, dia ini teman satu klub fotografi di Bali dulu.”

Sebelum diperkenalkan denan Kenzo pun mataku masih terpaku memandang Ryan yang masih cuek dan hanya focus pada kameranya. Saking kesalnya bukan kalimat penyambutan dari aku, malah ini…

“Eh kamu Ryan, kapan datangnya dari Jerman, koq gak kasih kabar sih kalau mau pulang…”

“Sa, koq kamu tahu nama tengah Fikri, kamu dah kenal lama ya…??”

Sambil terus menatap Ryan dengan mata penuh antusias kujawab pertanyaan Kenzo tanpa menatapnya “iya Ken, kami kan satu kampung halman, satu almamater juga, dia ini senior aku dikampus dulu”

“ouw…memang ya dunia ini benar-benar sempit”

Kuhampiri Ryan sambil menepuk punggungnya untuk mau berbicara sambil menatapku.

“ih Ryan jahat sih, dari tadi ngobrol ga liat mukaku, emang mukaku seram…?”

“Siapa bilang aku dari tadi gak lihat wajahmu, justru dari sejak kamu datang, aku selalu menatapmu dibalik lensa kamera ini,”

“mana lihat, jadi dari tadi kamu motret aku?”

“iya, habisnya kamu tambah cantik aja sih,senyumnya itu apalagi, beuh, maut”

“hahahaha…basi ih Yan”

“Jadi siapa pria malang itu yang sekarang jadi penjaga hatimu Sa..?”

“Ih gitu banget sih ma aku Yan”

Obrolan ringan seperti itu menimbulkan perasaan aneh yang menjalar ditubuhku, seperti ada kupu-kupu di dalam perutku, seperti melihat pesta kembang api paling indah.

Karena menghormati forum awal ini tadi, akhirnya kami membatasi sesi melepas rindu ini. Akhirnya kami berangkat menuju gedung tempat wisuda Ketut dan Kenzo.

To be continued….

0 comments:

Posting Komentar