...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

25 Jan 2011

Ketika Hilang

Much Bitter Than Sweet Reality

Seperti saat Harry Potter melakukan apparate dan disapparate, kita masuk dan keluar dari kehidupan orang-orang sekitar kita. Jangankan yang kenal, yang tidak kenal pun begitu. Misalnya di angkot, tiba-tiba seangkot dengan cowok ganteng yang pake earphone, lalu ia turun di Dipati Ukur, sementara kita masih harus nunggu dan turun di mulut Jalan Ganeca (Kayak ada aja trayek angkot macam itu. Eh, ada ga sih? Hehe). Intinya, si cowok ganteng itu tiba-tiba ber-apparate di angkot yang kita naiki, dan ber-disapparate di kisaran Dipati Ukur (yang menegaskan bahwa dia anak Unpad, ihirrr^^). Karena kita dan cowok ganteng itu baru ketemu sekali, dan kemungkinan besar ga akan ketemu lagi untuk jangka waktu yang entah, maka "ada dan tiada"-nya si cowok ini tidak terlalu problem buat kita. Toh cowok ganteng di Bandung stoknya banyak.

Berbeda halnya dengan teman, keluarga, atau orang terdekat lainnya. Dalam hidup, ada kondisi dimana kita ber-apparate dan disapparate dari kehidupan orang-orang terkasih. Dan kita sudah melakukannya sejak kecil. Dari SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke bangku kuliah, hingga dari satu tempat kerja ke tempat kerja lain seperti yang saat ini saya jalani. Sebelumnya saya sudah terpikir hal yang seperti ini, tapi belum benar-benar saya pikirkan hingga akhirnya saya menulis blog kembali. Menulis blog memang mengijinkan pikiran saya bermain liar dalam dunianya sendiri (haha, autis^^).

Anyway, saat kita hilang dari kehidupan orang terkasih, pernahkah terpikir mengenai bagaimana perasaan orang yang kita tinggalkan itu? Apakah mereka akan merindukan kita? Apakah ada tempat kosong yang tak tergantikan di hati mereka? Tempat di mana kita pernah singgah dulu untuk jangka waktu yang terbatas. Orang pendengki mungkin ingin agar mereka tidak tersenyum lagi. Pokoknya, ketidakhadirannya harus berdampak pada orang yang ditinggalkannya. Orang seperti inilah sebenarnya orang yang paling kasihan. Ia tidak memiliki pegangan lain setelah 'melepas' pegangan yang satu.

Yang jelas, yang saya tahu, saat kita ditinggalkan oleh seseorang yang kita sayangi untuk sekolah di tempat yang berbeda atau berkarir di tempat kerja yang berbeda, kita tidak selamanya bersedih hati. Memang akan ada yang kurang, tapi kita masih bisa tertawa. Masih bisa bahagia. Bukan lupa, tapi entahlah apa namanya. Jangankan ditinggal ke kota lain, ditinggal orang terkasih yang duluan dipanggil Sang Maha pun, kita masih bisa mencari kebahagiaan. Pun jika kita yang meninggalkan orang terkasih. Kita tidak lagi menjadi orang yang ditunggu untuk pulang bersama, makan siang, atau sekedar bertemu pagi-pagi untuk berbagi gosip dan kabar hangat. Teman kita terkasih masih bisa tertawa, masih bisa ceria, masih bisa mengejar bahagia. Dan itu indah.

Sambil menulis ini saya teringat lagunya KoC yang judulnya "I Don't Know What I Can Save You From" yang bercerita tentang Erlend yang ditelepon kawan lama setelah bertahun tidak berjumpa secara tiba-tiba (biar gampang ceritanya saya pakai nama salah satu personel KoC saja^^). Saat si teman lama diberi tahu "Datanglah ke rumah saja," setengah jam kemudian si teman sudah mengetuk pintu rumah. Saat melihat teman lamanya ini, Erlend nyaris tidak mengenali temannya itu, tapi sedikit melihat raut-raut yang dikenalnya bertahun kebelakang. Ia lalu berkata "Sungguh, saya tidak tahu bisa membantu kamu dalam hal apa." Inti dari cerita dalam lagu ini yang saya tangkap adalah, betapa banyak terjadi dalam realita hidup kita, teman yang dulunya dekat dengan kita dalam beberapa tahun berubah menjadi "hanya seorang kenalan." From a friend to just an acquaintance. Pahit? Mm, entah.

Ada juga status seorang teman di FB. Kebetulan ia sedang tugas belajar di luar negeri. Dan saat membuat status mungkin sedang rindu rumah. Katanya begini:
"Growing up sometimes means leaving people behind. By the time we stand on our own feet, we're standing there alone."
Nah, kalau statement ini terlalu pahit buat saya. If being grown ups means standing alone, lebih baik tidak usah grow up. Haha. Terdengar cengeng, karena memang. Kan sudah saya warning di awal bahwa tulisan ini lebih ke bitter daripada sweet. Walaupun saya sudah sangat mahfum bahwa setiap manusia memang sendirian. Tapi toh kita tidak sendirian sendiri. Ada banyak orang yang sendirian, bahkan semua orang sendirian tapi sendiriannya rame-rame. Ini juga diambil dari salah satu line yang saya suka dalam film P.S. I Love You. Katanya (ga persis ya, kira-kira):
"Kalau kamu sedang sedih, sedang merasa berat, merasa kesepian. Cukup ingat bahwa kita tidak kesepian sendirian. If you are lonely, then you are not lonely alone."

Mohon ijin ber-disapparate. :)

0 comments:

Posting Komentar