...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

11 Des 2011

My 25th - A Preface For My 2012

Tulisan buat menjawab pertanyaan Si Meong :-)

Saya harus nulis apa nih? Hahaha. Bingung. Request-nya kan nulis pengalaman melewati umur 25. Well, ga banyak yang bisa dijadiin contoh yang baik sih ya. Hehe. Tapi ada satu hal penting saya kasih tau, bahwa kita masih muda kawan. Masih boleh bikin kesalahan. Some mistakes are not to be proud of, but most of them are to be taken as priceless lesson. Pembelajaran menuju kematangan diri. *jiaaahhh! sok bijak..* 

Transition
Mari kita mulai cerita dengan kilas balik resolusi saya tahun lalu yang saya tuliskan dalam blog ini juga. Dalam tulisan itu saya pernah bilang, bahwa saya mendapat pekerjaan baru dan karenannya untuk pertama kali akan merantau (walaupun ga jauh-jauh amat, cuma two hours drive). Saya juga bilang bahwa saya akan mengejar cinta lama saya: Si Dia yang seringkali bisa ditemui sedang berada di atas sepeda dan di belakang lensa. Seseorang dengan kepribadian kuat, yang dulu sering saya pandangi dari balik bahunya, untuk tahu apa sebenarnya isi dalam benaknya: semua semangat, ide gila, dan ketulusannya menyambut masa depan. All of his life cause. All of his purpose.
Jadi, gimana dengan kerjaan saya? Well, It's been great. Butuh banyak adaptasi, tapi trade off-nya sepadan. I get to learn a lot, travel a lot, and earn a lot! :-P
And about that boy, did I get the chance to tell him how I felt? Mmm.. The answer is: NO! Hahahaha.
Ceritanya waktu itu tekad saya sudah bulat untuk bertemu. Tapi masalah geografis memisahkan kami. Singkatnya, dia di Pasar Minggu dan pulang ke Bogor kalau weekend, sementara saya di Kebayoran Baru dan pulang ke Bandung tiap weekend. Tapi saya dan dia, tidak sama sekali kehilangan komunikasi. Kami masih suka bertemu di jendela instant messenger (jiyaahahahah, basi!). Dari obrolan kami, saya dapati bahwa dia semakin keren saja. Gendutan, seperti yang pernah saya bayangkan dulu saat berkhayal menjadi istrinya (hahaiy!), tapi tetap good looking. Putih, merona, bersinar (macam iklan P*nds, hahaha). 
Awal saya di Jakarta dia masi single and available. Dua bulan kemudian dia mengirim sebuah buket bunga pada seorang perempuan, dan memintanya untuk menjadi istrinya. Maka, perjuangan saya berakhir sudah. Sedihkah? Ternyata tidak juga. Rasa yang dulu saya maknai sebagai cinta, sudah bertransformasi menjadi respect dan kekaguman. 
Dia juga sering menasehati dan mengajari saya banyak hal, salah satunya yang paling saya ingat adalah: "Rin, don't trust a man under 30." (Hahaha, Abang. Did you forget that you're 27 yourself? :-P )

In and Out of Love at 25
Untungnya kehidupan percintaan saya di umur 25 ga garing sama sekali. Waktu itu saya memutuskan untuk berhenti melawan sensasi gila, irasional, yang saya rasakan saat bertemu dengan seorang bocah bermata sendu (yes! you know who it is). Ketika itu saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang ga saya banget, seperti go with the flow
Dengan dia saya belajar banyak. Dia mengubah saya yang kurang sensitif menjadi orang yang lebih sabar dan care. Dengan dia, saya juga jadi lebih banyak inspirasi untuk menulis. Dia memberi saya sepasang tangan untuk digenggam, bahu untuk disandari, juga saran tulus yang kadang saya kurang paham maksudnya--tapi sampai ke hati saya sebagai penyemangat yang luar biasa.
Namun seiring dengan waktu, sering muncul keraguan dan keresahan yang berimbas pada saya yang menjadi galau. Dan kalau saya sedang galau, korbannya dia juga. Korbannya kami berdua. Kami jadi semacam saling menyakiti, sesuatu yang jauh dari keinginan kami sendiri. Saya lalu mencari tahu, apa yang salah sebenarnya.
Dia adalah seorang laki-laki yang suatu hari ingin beristrikan seorang perempuan yang sesuatu banget (semacam wanita karier tangguh, seperti women of power). Sementara saya juga ingin menjadi sesuatu di masa depan. Karena itu, kami klik.
Dia adalah seorang bocah yang merindukan rumah. Sementara saya punya sebuah rumah yang hangat dan seorang ibu hebat yang selalu merindukan anak-anaknya. Had only he khows my mom a bit closer, things would have been great.
Pada akhirnya, saya memutuskan untuk berhenti dan berpikir ulang tentang kami. Dari perenungan itu saya dapati bahwa dia bukan untuk saya yang sekarang, dan saya juga bukan orang yang tepat untuk dia yang sekarang. Saat ini saya butuh seseorang yang firm: seseorang yang bisa saya pegang (bukan sekedar buat diraba-raba, hahahahaha), saat saya sedang bertekad untuk maju menanjak full-throttle menuju cita-cita saya seperti sekarang ini. Dan saya rasa, dia butuh seseorang yang selalu stand by menemani dia mencari jati diri. Seseorang yang memiliki banyak waktu untuk bersama, yang tidak bisa saya berikan saat ini. (I'm kinda busy Abang, I know you understand. I see your doing okay right now. Hope you'll find your passion soon. And as I always say to you: please, be a great man in the future). 

I Met Great Companion at 25
Kalau ada masalah yang bisa bikin galau pikiran seorang Kebo, masalah itu pasti percintaan. Hahaha. To confess, sebenarnya saya sama sekali ga baik-baik saja waktu bilang "putus." Saya sendirian, dan saya sangat takut. Untungnya sendiriannya ga lama. Hehe.
Eits! Jangan pikir saya cepat dapat "pacar" baru. Saya ga se-laku itu. Hahahahaha.
So to speak, saya dipertemukan dengan dua orang sahabat baru. Yang ini bisa dikategorikan obat galau nomor wahid ;-) Dua orang lelaki hebat dengan dua kepribadian yang berbeda, dan satu persamaan nyata: dua-duanya GOMBAL!!!! Hahahaha.
Lelaki yang satu adalah seseorang yang bisa bikin saya ketawa sampai guling-guling. Dia juga bisa mengisi kerinduan saya terhadap sosok kakak laki-laki yang protektif, tegas, dan agak galak. Dia bisa tiba-tiba menarik saya dari keramaian ke pos satpam, marah-marahin saya waktu saya lagi labil, dan dengan seenak-udelnya ngatain saya 'bego' saat saya memang lagi ga rasional dan hilang fokus supaya saya back-on-track. Dia seorang pekerja keras yang menyokong keluarganya setelah bapaknya pergi duluan dipanggil Sang Maha Pencipta. Tanpa disadari, dia sudah menjadi salah satu dari beberapa laki-laki yang diam-diam suka saya pandangi dari balik bahunya. Saya baru menyadari ini ketika suatu hari dia berkomentar: "Rin, lu ngapain sih suka jalan di belakang gue? Liatin pantat gue ya? Dasar bokep!" Yang lalu saya timpali sekenanya: "Iya, Bang. Pantat Abang sexy, bohay!"
Lelaki kedua, saya ga akan cerita banyak. Dia seorang pencinta buku. Dengan dia, saya bisa mengalami perasaan 'suka' tanpa cemburu yang membutakan, emosi berlebih, atau kekecewaan saat dia ga bisa menepati janji. Saya damai. 
Dari kedua orang ini saya akan belajar. Dari semangatnya, dari kematangan karakternya, serta dari cara mereka memaknai hidup yang bukan sekedar melewati waktu, tapi perjalanan untuk mencapai sebuah tujuan. Seperti yang Albert Einstein pernah bilang:
"If you want a happy life, tie it into a goal, not to people or things."

New Deep* for 26
So what's next? Tahun depan saya akan mulai ikut-ikut banyak tes untuk beasiswa. Saya juga mau nyari 'teman' yang bisa diajak masak-masakan Indonesia di sebuah apartemen kecil di NL sana. Teman solat Ied di KBRI kalau kami ternyata ga bisa pulang saat hari raya. The image of me and him, selesai solat Ied: saya sungkem ke dia. Lalu kami makan ketupat bareng, hasil masakan kami sendiri, di apartemen kecil kami ...di NL ;-)
Ahay! What a dream...

Dear Meong
Ini ceritaku, mana ceritamu? (Hahaha, jadi iklan mie instan deh). Sebagai akhir cerita, saya kutipkan salah satu kalimat favorit saya dari Sartre:
"Pilihlah! Yaitu: ciptakan!"
Karena hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan ada penderitaannya masing-masing.  Pilihlah dengan berani. Lalu ciptakan kebahagiaan dengan pilihan-pilihan yang kamu buat itu.
Sumpah ya booooo! Gue sayang banget sama elu, and so I'll be there whenever you need me (insyaallah). Walaupun cuma bisa ngasih pinjem sepasang telinga, dengan mata dan jari-jari yang ga fokus karena lagi BBM-an. Hahahahaha. I know you hate me for my disability of multitasking. Maap yak!
Segala sesuatu yang benar datangnya dari Allah SWT, dan yang salah datangnya dari... Dorce Show! Show!! Show!!! Shooooooow!!!
Billahi taufiq wal hidayah, wassalamu alaikum warahmatullah.
***

*New Deep adalah judul lagu milik John Mayer dari album Heavier Things, yang insyaallah jadi soundtrack saya tahun depan. (Footnote ga penting! Hahahaha)

2 comments:

Lil mengatakan...

pagi ini bagai nonton drama Korea, sebentar berembun dibuatnya, sebentar ngakak mpe guling2...
rutinitas pagi hari cek email yang dipenuhi notofikasi...

thanks kebo buat ceritanya yg super and luar biasa, i'll make my 25 stories, i'll take a risk, make a chance, take a chance...

phuih mau nulis panjang tp ada suara sumbang yg q benci yg selalu meneror dalam gedung ini...

cu soon my dearest friend....

eh bow nambah..kmrn q nonton drama jepang bagus deh...cucok ma loh...cow nya sayang sekali seribu sayang membuat q gila lagi krn dia mukanya mirip ma K-ing...argggg

Unknown mengatakan...

Kemarin nyasar ke blog ini gara-gara nyari review Rahasia-nya Payung Teduh... then scrolled, scrolled, dan ini udah hari kedua aku buka dan baca2 isi blog ini. Well, meski terakhir blog ini diupdate tahun 2012, tapi aku ga tahan buat kasih komen. Hmm... beberapa tulisan, cerita di blog ini mirip lah dengan pengalaman personalku, jadi aku merasa cocok dengan blog ini. Kata yang aku suka dari blog ini barusan adalah "thanks for being born" bagus sekali.
Dan aku udah dengerin lagu Jamie Cullum yang Next Year karena blog ini, juga Telescope-nya Hollywood Nobody, ah dan beberapa lagu lain. Terima kasih sudah berbagi cerita, Kebo, Meong. :)

Posting Komentar