...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

18 Sep 2010

Balada Dosen-Mahasiswa (2)

Values

Perjalanan Solo-Jakarta yang seharusnya cuma makan waktu 1 jam jadi luar biasa lama kalau dilalui bareng seseorang yang lagi kita sebelin (apalagi ini, dua orang... hmmmph...). Selama perjalanan, biar ga terlalu keliatan bete (walaupun ekspresi ga pernah bisa bohong), saya mencoba ikutan sama pembicaraan mereka.
...
"Oh iya Bu, mobil saya transmisi manual. Oo.. mobil Ibu matic."
...
"Iya Pak, dulu saya pake KIA Visto, sekarang saya pake Avanza."
...
"Iya, Visto irit, mobil kota. Sekarang Avanza juga irit kok."
...
"Mmm.. gatau ya Pak, saya pakai Pertamax."

Semua pembicaraan seperlunya itu terasa ga berujung. Ditambah posisi duduk saya yang waktu itu diantara Pak X dan Ibu Y. Pura2 tidur pun susah. Soalnya Ibu Y, ga berhenti2 ngajak ngobrol Pak X. Sucks, tau gitu, tadi saya duduk di seat yang deket gang aja. Sambil merem2 ayam saya bertekad dalam hati. Nanti, pas dah landing di Cengkareng, saya mau ke toilet terus ngamplopin lagi buat Pak X dan Bu Y ini. Capek, biar beres dan ga banyak omong lagi, udah kesel banget soalnya. ><" Sampai di Cengkareng, waktu beliau2 ini nunguin bagasi (yang kebetulan saya ga bawa banyak bawaan jadinya ga masuk bagasi), saya ijin ke toilet. Mainly buat ngisi amplop buat ni orang dua. Secepat yang saya bisa, saya ngitung uang sisa yang ada dan ngeluarin dua amplop putih dan ballpoint. Amplop Pak X, saya isi tambahan uang harian seperti yang beliau minta (ekstra 1 hari), pengganti uang transport lokal seperti yang beliau minta juga (walaupun nominal yang beliau sebutin overwhelmingly ridiculous *masa uang taxi 600ribu?! nyewa mobil aja sekalian), dan uang pengganti airport tax keberangkatan beliau yang waktu itu ga saya dampingi. Amplop Ibu Y, saya isi uang harian beliau. Walaupun di perjanjian awal, Ibu Y setuju uang hariannya ditransfer ke rekeningnya aja, sekalian uang penggantian deposit hotel yang waktu check-in belom saya dampingin juga. Ga lupa kedua amplop itu saya namain, khusus untuk Pak X ditulisin rinciannya juga. Biar clear dan ga nanya2 mulu. Selesai itu, kami semua makan malam bareng di bandara, walaupun sebenenya saya udah pengen pulang banget, tapi si Pak X ngotot laper. Sebagai orang yang bertugas mengakomodasi beliau, saya terpaksa makan juga (walaupun selera makannya udah ketutupan sama emosi jiwa, wkwkwk). Setelah makan, amplopnya saya kasi.

And the reaction was:
"Lho, kok gini sih? Jadi ga enak nih saya..." kata Pak X sambil tetep nerima uangnya.
"Lho, kok gini sih? Lo ga pake duit lo sendiri kan? Lo gapapa? Lo ada ongkos balik ke Bandung? Duh, gue jadi ga enak nih..." kata Ibu Y.
"Udah gapapa Pak, Bu, saya ada kok ongkos pulang" jawab saya, "Saya mau ngejar Primajasa Pak, Bu, saya duluan ya."
Mereka yang masih terbengong2 akhirnya melepas saya pergi, dengan Pak X mengucap kata terakhir:
"Duh, kok jadi aneh gini ya. Oke. Hati2 ya. Termakasih banyak."

Aneh ya Pak? Akhirnya, Bapak nyadar juga dengan segala keanehan ini. Saya aja udah nyadar dari tadi.

Hal yang paling mengecewakan dari bussiness trip ini tuh bukan karena dengan hectic-nya saya harus mempersiapkan perjalanan ini, bukan juga karena saya harus stuck dengan dua orang yang membuat saya ga nyaman berada di dekat mereka, bukan juga karena kegiatan menurut saya jauh dari efektif dan cenderung ngabisin waktu dan tenaga tanpa tujuan yang benar2 clear, dan bukan juga karena di "after party" saya diomel2in sama kakak angkatan saya.

Secara ga langsung, Pak X, (mantan) dosen saya ini udah nunjukkin sikap2 yang membuat saya semakin ga respect sama beliau. Apalagi sebelum kita terbang ke Jakarta beliau ngasih "nasehat" buat saya yang bunyinya gini:
"Saya tuh ya, dulu, waktu muda... Kalau pergi ke luar kota seperti ini tuh kesempatan buat saya untuk 'dapat lebih'..."
Apapun itu maksudnya. Just, whatever... (_ _")

Ternyata, seorang dosen, yang dulu saya liat sebagai sosok yang berdiri di puncak menara gading, seorang yang dihormati karena keilmuannya, yang dibuktikan dengan predikat doktoralnya, melihat capaian pekerjaannya dari nilai rupiah. Bahwa refleksi dari karirnya adalah uang. Yang lebih bikin saya miris, refleksi karir berupa uang itu embeded terhadap atribut beliau sebagai seorang yang bergelar doktor. Kesannya "karena gue doktor, gue harus dibayar tinggi", terus lagi terkadang predikat doktornya digunakan saat beliau ingin menangkis opini orang lain yang dianggap masih junior: "karena gue doktor, lo harus dengerin omongan gue, nih pengalaman gue dari muda. Lo mah anak kemaren sore, lo salah gue bener." Refleksi itu juga terlihat ketika Bapak ini juga bilang:
"Saya tuh kalau kerja harus enak. Makan enak, hotel harus ada air hangat,..." dsb dst...
Tapi pada kenyataannya, setelah akomodasi tersebut disediakan pun, substansi yang seharusnya beliau kerjakan di-cover oleh asisten seperti saya dan teman2 lainnya.

Kemana larinya 'ilmu padi' yang ditanamkan orang tua dan guru2 kita sejak SD?
Tapi tunggu, dosen juga guru kan??

Dan untuk Ibu Y tersayang, pola2 kerja yang hanya mengandalkan upaya menyenangkan orang lain ga akan berhasil di jaman sekarang ini. Trust me, altough I'm still young, it just wont work! Saat bareng sama Pak X, Ibu mencoba menyenangkan beliau agar dihargai. Saat bareng atasan Ibu, Ibu juga mencoba untuk menyenangkan beliau. Tapi Ibu lupa, kalau posisi itu selalu berganti. Atasan Ibu yang sekarang belum tentu menjadi atasan Ibu nanti. Pak X yang Ibu servis abis-abisan saat ini juga ga punya posisi yang kekal untuk menjamin kerjaan Ibu 'kepake' oleh beliau. Pak X, dengan kinerjanya yang seperti itu, most likely ga akan kepake lagi walaupun beliau bergelar doktor (unless he changes).

So why don't we focus on our tasks. Bekerja sepenuh hati dan melihat capaian pekerjaan dari level of fullfilness yang lebih dalam. Happiness. Kepuasan ketika bekerja keras dan melihat hasil kerja yang lebih baik juga. And, maybe if we're lucky, the money will follow too.

2 comments:

Tiech mengatakan...

menunggu seri ke 3 (penasaran mode on) hehehe,,,,,

si meong dan si kebo mengatakan...

from kebo:
sayangnya seri ke-2 sepertinya tamat tiha...
soalnya sepertinya (mudah2an) ga ada shock teraphy yg lebih shocking dari kejadian ini... ;p

Posting Komentar