...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

16 Sep 2010

Lana's Songs (2)

Kiwi's High School Crush

Bosan mendengar CD, Lana switch stereo mobilnya ke siaran radio.

"sweet kiwi... you're juice is dripping down my chin... so please let me... don't sop me before it begins..."
[maroon 5's Kiwi]

Lagi-lagi Lana senyum-senyum dengerin lagu yang diputar station radio yang dipilihnya secara acak. "Sweet Kiwi, where are you now?" pikir Lana. Kontradiktif sama liriknya Maroon 5, Kiwi bukan tipe flirty girl, beda dengan Lana. ;p

Mengingat-ingat obrolan terakhir dengan Kiwi membuat Lana sedikit menyesal. Pertama karena Lana membohongi Kiwi dan dirinya sendiri dengan kata-katanya itu. Kedua karena tindakan Lana dulu bisa disebut menyia-nyiakan pengorbanan Kiwi untuknya. Ketika itu Lana belum meyadari bahwa yang perlu dipahaminya bukanlah rasa bersalah karena pengorbanan sahabatnya itu, tetapi kebahagiaan sang sahabat ketika memberikan Lana kesempatan untuk berbahagia atas pengorbanannya.

"Lo ga boleh giti Wi... Lo ga boleh benci sama Ardi... Siapa tau dia beneran jadi laki lo suatu saat nanti..." kata-kata terakhir Lana pada Kiwi membuat hatinya sesak, walaupun dulu ia mengatakannya sambil tersenyum ceria.

Ya, pengorbanan Kiwi buat Lana adalah Ardi.

...

Tujuh tahun yang lalu adalah pertama kali Lana bertemu Kiwi. Saat itu mereka berdua adalah mahasiswa baru lain jurusan yang dipertemukan dalam acara OSPEK kampus. Kiwi adalah teman pertama Lana di kelompok OSPEK yang dibagi secara acak untuk mendekatkan mahasiswa baru yang berlainan jurusan. Kiwi anak Farmasi, Lana anak Plano, sisanya dari Teknik Mesin, Geodesi, Matematika, Teknik Industri, dan Desain Komunikasi Visual.

Nama Kiwi memang terdengar seperti sejenis buah-buahan, agak aneh untuk nama orang Indonesia. Itu karena nama aslinya memang bukan Kiwi. Cuma Lana yang memanggilnya begitu. Kadang-kadang kalau jahilnya kumat, Lana memanggil temannya ini dengan tambahan huruf "L", Kiwil, nama pelawak di televisi yang suka menirukan Ustadz Zainudin MZ. Nama asli Kiwi sebenarnya Pertiwi Ayu, turunan Jawa yang lahir, tinggal, dan besar di Bogor. Kiwi ceria, bawel, dan heboh. Ke-PD-annya kadang buat Lana geleng kepala. Menurut Lana, semua sifat Kiwi ini bertolak belakang dengan sifatnya sendiri. Lana senang berpendapat bahwa dia adalah anak yang pendiam. Setidaknya itu pendapat Lana.

Hari itu, Open House Unit kegiatan mahasiswa kampus, Kiwi dengan kehebohannya mengajak Lana yang ogah-ogahan untuk berkeliling melihat semua Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada. Sampai akhirnya, langkah mereka terhenti di depan Tugu Soekarno.

"Kok lo berhenti disini sih Wi, ini kan ditengah-tengah pertigaan. Malu tau! Geser pinggir dikit berdirinya."

"Lan, liat deh cowok yang berdiri di deket Kokesma. Dia yang gue ceritain kemaren, gebetan gue, Si Ardi"

"Mana? Yang pake kaos Balthazor? Kok jelek sih Wi?"

Balthazor adalah sebutan buat kakak senior yang berperan sebagai bad guy di acara OSPEK angkatan Lana. Mereka memakai kaos hitam bersablon gambar setan berwarna merah. Sejauh yang Lana lihat, Balthazorlah yang kaos seragamnya paling keren dari semua kaos panitia yang ada saat itu. Ini membuat Lana ingin menjadi bad guy di acara OSPEK tahun depan. "Semoga" pikirnya.

"Yeee, bukan abang-abang yang item! Itu, yang sebelahnya. Yang putih. Cakep ga menurut lo?"

"Hoo.. ah biasa aja. Pendek menurut standar gue sih." salah satu kriteria gebetan Lana memang tinggi badan.

"Iiiih, cakep tau. Cakep. Iya kan? Harus iya!"

"Iya deh iya. Biar cepet."

Itulah pertama kali Lana bertemu dengan Ardi. Saat itu Lana belum tahu, sejauh mana dia akan terlibat dengan kedua kenalan barunya ini.

...

Ardi memang bukan tipenya Lana. Tinggi 165, muka cute, kulit putih bersih yang merona merah kalau kepanasan. Buat Lana, bukan physical attraction yang membuat seorang cowok layak dijadikan gebetan tapi lebih ke kenyamanan dan sense of humor. Tapi bohong ;p. Lana lebih suka cowok tinggi. Ditambah karakter yang membuat nyaman dan sense of humor tadi tentunya.

Ardi adalah motivasi utama Kiwi masuk kampus ini. Motivasi yang sederhana dan cenderung naif menurut Lana. Walaupun demikian Kiwi tetap mengagumkan. Untuk masuk ke kampus mereka, kira-kira setiap tahunnya ada 200 ribu pelajar yang ikut berkompetisi untuk memperebutkan quota 3000 mahasiswa saja. Apalagi Kiwi lolos ke salah satu jurusan dengan passing grade yang terbilang tinggi. Farmasi, menurut Lana, adalah jurusan terfavorit buat pelajar cewek yang mau masuk kampus ini tapi ga mau dikerubutin cowok, karena kampus ini memang kebanyakan diisi cowok. Katanya rasio cowok cewek di kampus ini 70:30.

"Gue tuh ngecengin dia sejak SMA kelas satu Lan. Kan dia anak baru, pindahan dari Jakarta. Dia masuk di kelas 2."

Lana dengan sabar mendengarkan temannya berceloteh. Menurut Lana, cara terbaik untuk menjalin pertemanan adalah dengan menjadi pendengar yang baik.

"Gue tuh masuk sini karena dia kuliah disini. Dulu pas mau SPMB gue nyengajain maen ke rumahnya. Rumahnya bagus loh Lan, rumah kayu gitu. Keren deh pokoknya. Terus gue ketemu dia buat konsultasi gue bagusnya kuliah dimana."

"Konsultasi apa konsultasi", pikir Lana tanpa menyela Kiwi, "Ngapain konsultasi sama cowok, ada juga gue konsultasi ke guru BK. Nyari-nyari alesan banget ni anak"

"Duh Lan, dia tuh baek banget. Pas gue bilang kalo gue mau masuk ITB, dy bilang 'ya, yang semangat aja ya' terus dia ngasih gue doa"

"Ngasi doa? Kiayi apa ya ni cowok?" pikir Lana lagi, "Lagian jelas aja Si Ardi baek, masa ada cowok yang didatengin cewek ke rumahnya dengan muka semupeng Kiwi , ga akan ke-GR-an. Ya pastilah dibaek-baekin, kayak artis aja kalo jumpa fans. Heran deh ni anak."

Buat Lana yang cenderung lempeng soal hubungan cewek-cowok selama ini, perilaku Kiwi agak absurd. Tapi toh, belum ada satu pun cowok yang bikin Lana head over heels, jadinya kekaguman Kiwi terhadap Ardi masih Lana maklumi.

[to be continued]


0 comments:

Posting Komentar