...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS
Tampilkan postingan dengan label catatan kecil Kebo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catatan kecil Kebo. Tampilkan semua postingan

19 Jun 2012

Random

tubuh kamu cuma bikin orang jatuh cinta.
tabiat kamu yang bikin orang mencintai. 

7 Jun 2012

Dalam Doa


Saya percaya, di saat yang sama dengan saat saya shalat, di saat yang sama dengan saat saya berdoa, jodoh saya juga sedang berdoa. Doa kami senada dan tidak ada habisnya, “Ya Allah, pertemukanlah kami dengan pasangan hidup yang baik.”

***
Selama hidup, banyak banget kita kecewa saat menaruh harapan atau meminta bantuan sama seseorang. Sampai akhirnya, suatu saat, saya juga lupa kapan persisnya, saya berprinsip bahwa saya hanya akan meminta pada yang sudah pasti bisa memberi pertolongan.
Salah satunya, seperti yang saya kutip dari kuntawiaji di atas.
Redaksi doa-nya memang ga persis sama. Toh doa adalah curhatan pribadi yang rahasia dari saya kepada satu-satunya Penolong saya. Dia yang menyayangi saya, bahkan lebih dari kasih sayang ibu kandung saya kepada saya.
Saya percaya.
:)

31 Mei 2012

Hari Tanpa Temba(k)au

31 Mei itu katanya hari tanpa tembakau sedunia.

Hmm. Hari tanpa tembak-kau ya? 
Kalau gitu, gimana kalau tembak-aku aja? 

;) 
#eeaaaa

28 Mei 2012

(b)alasan


Cinta mah urusan perasaan, Kakak, bukan urusan pemikiran, jadinya ya itulah, lebih butuh balasan, daripada alasan :)

dikutip dari @pidibaiq
dan tidak perlu penjelasan lebih lanjut

21 Mei 2012

Mapan

Camkan ini hai pria-pria! (*lho? kok pria?)


mencari pasangan hidup yang sudah mapan bisa berarti menghindari nikmatnya berjuang bersama.


Maksud saya: 
Ada lho (banyak), perempuan yang bersedia berjuang bersama. Saya salah satunya.
Jiyaaaah! Ahahaha.
#kode

quotes taken from @hurufkecil

10 Mei 2012

Mencintai Itu



mencintai selalu punya alasan. kadang sederhana. kadang rumit. kadang kamu takut mengatakannya. kadang kamu tidak tahu apa.

dikutip dari @hurufkecil
#okesip
setuju.

7 Mei 2012

The Travelling Girl

Kutipan dari kicauan seorang teman.


Date a girl who travels. Make her feel safe, warm, and secure. Make her believe that no matter where she goes, and however long she's gone you'll always be there for her, 
the one that she can call home.
(from solitary wanderer)


Manis banget ya? 
Saya tahu ada versi lengkapnya dari kutipan ini. Teman saya juga ngasih link-nya. Tapi, itulah twitter, cepat berlalu. Kicauan akan cepat tergeser kicauan lain yang lebih baru. Lalu kicauan lama pun hilang, terlupakan.
Karena itu saya suka twitter. Hehe. 
Seperti melepas balon ke udara.

2 Mei 2012

Sesuatu yang Saya Baca tentang Laki-laki

Kutipan-kutipan yang akhirnya membawa ke sedikit pemahaman.
Bukan dari "Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps." Terus terang, saya belum kelar baca buku itu. 

Then wear the gold hat, if that will move her;
If you can bounce high, bounce for her too,
Till she cry "Lover, gold-hatted, high-bouncing lover,
I must have you!" 
(Thomas Parke d'Invilliers dikutip dari novel The Great Gatsby oleh F. Scott Fitzgerald)

Dari kutipan itu saya jadi sedikit mengerti bahwa kadang lelaki itu perlu mencari pembuktian diri dulu sebelum menghadapi wanita yang disukainya. Agak bego kalau menurut saya mah, toh perempuan kalau sudah suka ga menuntut banyak. Tapi ya, perempuan juga agak bego dengan 'kebiasaannya' bertahan walaupun sudah disakiti lelaki. Kayak Meriam Bellina yang bilang kalau dia masih sayang sama Hotman Paris walau udah dibilang "perempuan-ga-bener" dan di-KDRT-in. *contoh yang nggak banget* :-p

Satu lagi sahabat saya yang kebetulan cowok. Suatu hari dia pernah gopoh-gopoh nyamperin saya dan bilang: "Gue besok mau ke Semarang. Mau nembak mantan gue. Gue mau balikan."
Mantannya ini, adalah satu-satunya perempuan yang pernah disetujui oleh alm. mamanya dulu ketika beliau masih ada (saat itu mereka masih pacaran). Entah kenapa (dan saya pun ga minat mengorek lebih dalam, kecuali kalau emang diceritain) mereka putus juga. Dugaan saya berdasarkan cerita putus-putus yang saya gabungkan sendiri: mereka putus karena gengsi, si perempuan lebih dulu berkarier sebagai arsitek top sebelum si kawan lulus kuliah. Teman-teman si perempuan ini kemudian men-cap kawan saya sebagai liabilities, beban tanggungan bukannya tempat bersandar sebagai lelaki, sederhananya sebagai pacar dia adalah beban. Bubar jalan lah mereka.
Sekarang, setelah kawan saya berkarir juga, cukup sukses, dan memiliki saving berupa beberapa keping logam mulia batangan di bank, peristiwa "penembakan kembali si mantan" yang dia rencanakan, ternyata tidak terjadi, tidak jadi. Dia bilang alasannya: karena satu dan lain hal (kembali saya tidak berminat mengorek lebih dalam).

Suatu ketika, saya tanya: "Lu ga kangen sama mantan lu itu?" Dia bilang: "Kangen." Saya tanya lagi: "Kalau kangen, kenapa ga ditemuin aja?" Jawaban si kawan: "Kalau gue ketemu, gue bisa jatuh sayang lagi sama dia. Gue ga mau jatuh sayang lebih dalam dari yang sekarang."

Dasar bego.

Tidak kah pernah terpikir bahwa mantannya itu kemungkinan besar punya rasa sayang yang sama besarnya. Kemungkinan bahwa dia juga mengharapkan untuk balikan.

Bego bego bego!

Ah, saya juga sama begonya. Haha.

Sesama bego, ga boleh saling bego-bego-in lah ya. Toh ke-bego-an ini punya dua sisi: sisi bego dan sisi romantis. Two side of a coin.
*apasih*

Lelaki dimiliki wanita, tapi dia memiliki semua.
Dia harus pergi, tapi juga harus pulang,
karena ada yang dikasihi dan mengasihi.
Ya,
lelaki memang harus pergi,
tapi juga harus pulang.

(puisi Heri H. Haris, dikutip dari Balada Si Roy nomor 10 oleh Gola Gong)

Kutipan yang kedua, ga perlu banyak penjelasan lah ya.
Karena sebenarnya, saya juga sedang menunggu kamu pulang. Tunggu yang ternyata berbatas waktu.

Kabar Saya? Baik-baik Saja.

Ga nanya ya? Haha. Biarin! :-p

Udah lama banget blog ini ga diisi ya? Hei Meong, kemana aja? Gimana, kabar baik?

Sebenernya (lagi-lagi) saya bingung juga mau nulis apa. Tapi rasanya ga adil kalau saya hanya fokus sama blog saya yang satu lagi (walaupun di WP saya juga ga begitu produktif sih). Alasan klise, sulit me-manage waktu. Seolah-olah saya benar sibuk saja ya? Haha.

Okelah, cerita random saja ya.

Jum'at yang lalu, salah seorang sahabat kita meng-sms saya. Dia minta pendapat tentang pekerjaannya: mau terus atau pindah. Akhirnya kami bertelepon, hitung-hitung menunggu ban bus travel yang saya tumpangi diganti karena mendadak gembos di tengah perjalanan.

Dari suaranya di telepon, saya bisa merasakan betapa Si Kawan ini sedang mellow. Katanya, pekerjaan yang sekarang melelahkan: memaksa bangun pagi-pagi sekali, untuk bekerja hingga larut sekali. Saya tahu betul bahwa dia bukan orang yang cengeng: jika hanya pekerjaan yang menumpuk, dia tidak akan gentar. Dia salah satu laki-laki paling kuat yang pernah saya temui dalam hidup saya: kuat secara fisik, secara kepribadian, juga prinsip. Masalahnya kini adalah: motivasi. Dia seolah kehilangan alasan untuk bergiat bangun pagi dan bekerja. Ini juga yang kami pernah diskusikan dulu, sesuatu yang membedakan pandangan kami. Berbeda pandangan dalam persahabatan baik bukan? Perbedaan itu indah. Persahabatan yang sesungguhnya juga toh tidak pernah menuntut kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang seragam.

Tentang obrolan kami, tentang pendapat saya terhadap pertanyaan Si Kawan sepertinya tidak usah diceritakan disini. Bukan rahasia, tapi kurang relevan. Toh pendapat hanya pendapat, hanya salah satu pertimbangan, sudut pandang lain yang bisa diberikan oleh seseorang karena tidak berada dalam situasi yang sama, karena terkadang ketika kita sedang dirundung masalah, sekeliling kita seolah ramai, padat, sulit melihat jernih. Karena itu kita meminta pertolongan sahabat, untuk melihat dari luar kita. Tentang keputusan yang nantinya diambil, murni pilihan dan tanggung jawab pribadi.

Kemudian dia bertanya tentang kabar kawan-kawan yang lain. Kabar kamu juga Meong. Masihkah bekerja di tempat yang sama? Ada cerita apa? Bagaimana tentang rencana-rencana yang kita bagi dulu? Saya katakan, jujur, saya juga tidak tahu. Cuma sebatas tahu kalau kamu masih bekerja di tempat kita semua pertama bertemu dulu.

Saya jadi teringat tentang obrolan kami tentang kapasitas pertemanan. Betapa ketika sudah beranjak maju dan hidup masing-masing, di tempat yang berbeda, aktivitas yang beda juga, satu-satunya yang sama dari kita adalah masa lalu. Seolah hilang topik pembicaraan. Beberapa kali berniat menyalakan YM kalau sedang senggang, tapi batal karena ga tau juga mau ngobrol apa. Haha. Akhirnya saya kalau senggang malah baca majalah online atau novel, kalau lagi insyaf baca buku planning. Haha.

Kalau memaksakan online YM, ada kemungkinan bahwa pada akhirnya saya akan bertanya tentang kelanjutan rencana kamu ke depan yang malah membuat beban baru, atau bertanya tentang gebetan kamu yang ga jelas yang malah bikin galau. Haha. Dua-duanya betul-betul saya hindari. Mau ngobrol tentang K-Pop, saya tidak terlalu mengikuti sekarang ini. Kalau bercerita tentang film? saya juga tidak terlalu mengikuti. Tentang musik? selera kita sedikit beda. Buku? itu pun tidak sama. We did grow apart, didn't we?

Well it's okay, it's a part of growing up. Ya kan?
Meong, mari bercerita-cerita lagi.

15 Jan 2012

Lelaki dan Hujan

Sepertinya ada korelasi positif antara hujan dengan tingkat kegombalan seseorang.

Bulan Januari ini sering sekali hujan. Wajar memang, sudah musimnya. Bagi yang percaya, dekat-dekat Sin Cia memang baiknya hujan terus biar rezeki mengalir lancar. Tapi bukan itu yang saya ingin tulis di sini.

Tujuh tahun yang lalu, seorang lelaki memayungi saya dari hujan dengan menelungkupkan kedua tangannya di atas kepala saya. Tidak efektif melindungi dari hujan, Abang. Tapi saya ingat. Hingga sekarang. :)

Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu juga, saya basah kuyup berdiri di samping seorang lelaki yang baru saya 'putusin.' Dengan menahan gengsi setinggi-tingginya, menolak tawaran jaket dan helm, pemandangan saya dengan kaos putih berleher rendah yang basah dan rambut panjang sebahu yang lepek kena hujan mungkin ga akan terlupakan oleh kamu, Mas. Saya pasti tampak menyedihkan. Ya, saya masih ingat. Maaf dan terima kasih untuk semua yang dulu itu. Semoga kamu selalu bahagia. :)

Baru dua atau tiga bulan yang lalu, waktu saya heartbroken :P . Rasanya belum lama. Seorang lelaki mengirim pesan teks pada saya, mengutip sebuah lirik lagu milik Adhitia Sofyan:
If I could bottled the smell of the wet land after the rain
I'd make it a perfume and send it to your house
Sebuah chat via sms yang berakhir dengan keinginan makan Indomie telor dan Milo hangat di sebuah warung saat hujan. :) Hayo lo! You khow who you are. Most likely kamu baca blog aku ini. Ngaku! :P

Satu lagi yang paling berkesan. Seseorang yang saat ini bisa banget bikin saya ge-er, mengirimi sebuah puisi tentang hujan. Puisi yang dia janjikan beberapa hari sebelumnya, janji akan nge-gombalin saya pake puisi hujan. Sayangnya ga bisa saya publish di sini, atau dimanapun. Karena sepertinya saya harus minta ijin dulu dari si penulis sekaligus pengirim puisi itu tadi. Hihi.
It worked out quite well, hun. ;) Thank you.

Looking forward for more rainy stories.

Karena waktu aku bilang "hujan itu ajaib," dan kamu bilang "bukan hujan yang ajaib, tapi kamu," itu bikin aku nyengir kuda sendirian di kost. Haha. You got me, lagi-lagi. Guess I'm just every other girl, yang selalu mempan kalau digombalin. 

12 Jan 2012

Nyaman

Karena galau itu so last year. 

Sebel banget rasanya mengingat betapa kata 'galau' menjadi trend di tahun 2011. Sampai banyak acara, yang bermutu sekalipun, mengangkat tema galau. Setiap obrolan diembel-embeli kata galau. Sepertinya kurang happening kalau tidak pakai kata itu. Saya jadi sempat terpikir untuk menghapus kata galau dari Kamus Umum Bahasa Indonesia. Sayangnya saya segan dengan Opa J.S. Badudu, nanti beliau marahi saya. Saya juga tidak berani dengan Teh Melly Goeslaw, nanti salah satu judul lagunya jadi untitled kalau kata galau hilang. Hehe. 
*** 

Di akhir tahun 2011, saya menemukan kembali apa yang saya cari dari sebuah 'hubungan' --istilah hubungan ini memiliki pengertian luas lho ya ;) --, yaitu: rasa nyaman. Dalam percakapan di malam akhir tahun 2011, seorang teman melontarkan satu kalimat yang membawa saya sadar akan hal ini, katanya: "Dibuat nyaman aja lah, Rin." Kalimat itu seolah menarik saya ke suatu malam, 7 tahun lalu di kampus Ganeca, dimana seseorang dengan sungguh-sungguh bertanya pada saya: "Lu nyaman ga sama dia? Nyaman mana, sama gue apa sama dia?" Dan, hasil dari jawaban itu tidak pernah saya sesali hingga kini (tapi bohong, hahaha). Tapi sudahlah, kita tidak akan membahas 7 tahun yang lalu. Walaupun memang, masa lalu itu selalu menjadi semacam back-drop bagi hari ini.
***

"Dibuat nyaman aja lah, Rin. Meski kadang, untuk membuat nyaman itu, kita harus pakai topeng," katanya.
Lalu saya bilang pada dia, "Ya, gue bisa pakai topeng untuk membuat orang lain nyaman. Tapi bagaimana kalau dia jadi nyaman sementara gue enggak?"
Dia jawab, "Dua-duanya harus nyaman. Saling menyamankan. Harus ada pengertian di situ."
Saya katakan, "Pengertian itu sulit didapat."

Begitulah, saya mendapat afirmasi atas kebutuhan saya memperoleh kenyamanan dari sebuah hubungan. Lalu seperti pamit mundur dengan santun, saya tinggalkan pintu bertuliskan 'galau' di belakang saya untuk melanjutkan obrolan ringan menyenangkan di sebuah cafe yang jauh dari hingar bingar keramaian orang yang merayakan tahun baru. Sambil melihat kembang api yang diletupkan dari Taman Barito, saya menemukan kenyamanan kembali. 

Bersama seorang teman, secangkir nimuman hangat, serta cerita tentang orang-orang yang tidak pernah kalah. Itulah nyaman.
***

Iiih ya ampun, gue puitis ya bo?! Hahaha.

Anyway, atas malam tahun baru yang menyenangkan kemarin, saya merasa amat berutang pada beberapa sahabat yang mengizinkan saya untuk 'membatalkan janji.'
Saya yakin, ketika kalian membolehkan saya membelot, kalian tidak memakai topeng untuk membuat saya merasa nyaman. Dan saya juga tidak perlu memakai topeng untuk membuat kalian nyaman. Karena kita, insyaAllah, telah saling mengerti.
Ya kan girls? ;)
***

Love you all...! Semoga kalian juga cepat mendapat nyaman :)
*atau tepatnya, bertemu seseorang yang membuat hati nyaman. Ihiiiirrr!

11 Des 2011

My 25th - A Preface For My 2012

Tulisan buat menjawab pertanyaan Si Meong :-)

Saya harus nulis apa nih? Hahaha. Bingung. Request-nya kan nulis pengalaman melewati umur 25. Well, ga banyak yang bisa dijadiin contoh yang baik sih ya. Hehe. Tapi ada satu hal penting saya kasih tau, bahwa kita masih muda kawan. Masih boleh bikin kesalahan. Some mistakes are not to be proud of, but most of them are to be taken as priceless lesson. Pembelajaran menuju kematangan diri. *jiaaahhh! sok bijak..* 

Transition
Mari kita mulai cerita dengan kilas balik resolusi saya tahun lalu yang saya tuliskan dalam blog ini juga. Dalam tulisan itu saya pernah bilang, bahwa saya mendapat pekerjaan baru dan karenannya untuk pertama kali akan merantau (walaupun ga jauh-jauh amat, cuma two hours drive). Saya juga bilang bahwa saya akan mengejar cinta lama saya: Si Dia yang seringkali bisa ditemui sedang berada di atas sepeda dan di belakang lensa. Seseorang dengan kepribadian kuat, yang dulu sering saya pandangi dari balik bahunya, untuk tahu apa sebenarnya isi dalam benaknya: semua semangat, ide gila, dan ketulusannya menyambut masa depan. All of his life cause. All of his purpose.
Jadi, gimana dengan kerjaan saya? Well, It's been great. Butuh banyak adaptasi, tapi trade off-nya sepadan. I get to learn a lot, travel a lot, and earn a lot! :-P
And about that boy, did I get the chance to tell him how I felt? Mmm.. The answer is: NO! Hahahaha.
Ceritanya waktu itu tekad saya sudah bulat untuk bertemu. Tapi masalah geografis memisahkan kami. Singkatnya, dia di Pasar Minggu dan pulang ke Bogor kalau weekend, sementara saya di Kebayoran Baru dan pulang ke Bandung tiap weekend. Tapi saya dan dia, tidak sama sekali kehilangan komunikasi. Kami masih suka bertemu di jendela instant messenger (jiyaahahahah, basi!). Dari obrolan kami, saya dapati bahwa dia semakin keren saja. Gendutan, seperti yang pernah saya bayangkan dulu saat berkhayal menjadi istrinya (hahaiy!), tapi tetap good looking. Putih, merona, bersinar (macam iklan P*nds, hahaha). 
Awal saya di Jakarta dia masi single and available. Dua bulan kemudian dia mengirim sebuah buket bunga pada seorang perempuan, dan memintanya untuk menjadi istrinya. Maka, perjuangan saya berakhir sudah. Sedihkah? Ternyata tidak juga. Rasa yang dulu saya maknai sebagai cinta, sudah bertransformasi menjadi respect dan kekaguman. 
Dia juga sering menasehati dan mengajari saya banyak hal, salah satunya yang paling saya ingat adalah: "Rin, don't trust a man under 30." (Hahaha, Abang. Did you forget that you're 27 yourself? :-P )

In and Out of Love at 25
Untungnya kehidupan percintaan saya di umur 25 ga garing sama sekali. Waktu itu saya memutuskan untuk berhenti melawan sensasi gila, irasional, yang saya rasakan saat bertemu dengan seorang bocah bermata sendu (yes! you know who it is). Ketika itu saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang ga saya banget, seperti go with the flow
Dengan dia saya belajar banyak. Dia mengubah saya yang kurang sensitif menjadi orang yang lebih sabar dan care. Dengan dia, saya juga jadi lebih banyak inspirasi untuk menulis. Dia memberi saya sepasang tangan untuk digenggam, bahu untuk disandari, juga saran tulus yang kadang saya kurang paham maksudnya--tapi sampai ke hati saya sebagai penyemangat yang luar biasa.
Namun seiring dengan waktu, sering muncul keraguan dan keresahan yang berimbas pada saya yang menjadi galau. Dan kalau saya sedang galau, korbannya dia juga. Korbannya kami berdua. Kami jadi semacam saling menyakiti, sesuatu yang jauh dari keinginan kami sendiri. Saya lalu mencari tahu, apa yang salah sebenarnya.
Dia adalah seorang laki-laki yang suatu hari ingin beristrikan seorang perempuan yang sesuatu banget (semacam wanita karier tangguh, seperti women of power). Sementara saya juga ingin menjadi sesuatu di masa depan. Karena itu, kami klik.
Dia adalah seorang bocah yang merindukan rumah. Sementara saya punya sebuah rumah yang hangat dan seorang ibu hebat yang selalu merindukan anak-anaknya. Had only he khows my mom a bit closer, things would have been great.
Pada akhirnya, saya memutuskan untuk berhenti dan berpikir ulang tentang kami. Dari perenungan itu saya dapati bahwa dia bukan untuk saya yang sekarang, dan saya juga bukan orang yang tepat untuk dia yang sekarang. Saat ini saya butuh seseorang yang firm: seseorang yang bisa saya pegang (bukan sekedar buat diraba-raba, hahahahaha), saat saya sedang bertekad untuk maju menanjak full-throttle menuju cita-cita saya seperti sekarang ini. Dan saya rasa, dia butuh seseorang yang selalu stand by menemani dia mencari jati diri. Seseorang yang memiliki banyak waktu untuk bersama, yang tidak bisa saya berikan saat ini. (I'm kinda busy Abang, I know you understand. I see your doing okay right now. Hope you'll find your passion soon. And as I always say to you: please, be a great man in the future). 

I Met Great Companion at 25
Kalau ada masalah yang bisa bikin galau pikiran seorang Kebo, masalah itu pasti percintaan. Hahaha. To confess, sebenarnya saya sama sekali ga baik-baik saja waktu bilang "putus." Saya sendirian, dan saya sangat takut. Untungnya sendiriannya ga lama. Hehe.
Eits! Jangan pikir saya cepat dapat "pacar" baru. Saya ga se-laku itu. Hahahahaha.
So to speak, saya dipertemukan dengan dua orang sahabat baru. Yang ini bisa dikategorikan obat galau nomor wahid ;-) Dua orang lelaki hebat dengan dua kepribadian yang berbeda, dan satu persamaan nyata: dua-duanya GOMBAL!!!! Hahahaha.
Lelaki yang satu adalah seseorang yang bisa bikin saya ketawa sampai guling-guling. Dia juga bisa mengisi kerinduan saya terhadap sosok kakak laki-laki yang protektif, tegas, dan agak galak. Dia bisa tiba-tiba menarik saya dari keramaian ke pos satpam, marah-marahin saya waktu saya lagi labil, dan dengan seenak-udelnya ngatain saya 'bego' saat saya memang lagi ga rasional dan hilang fokus supaya saya back-on-track. Dia seorang pekerja keras yang menyokong keluarganya setelah bapaknya pergi duluan dipanggil Sang Maha Pencipta. Tanpa disadari, dia sudah menjadi salah satu dari beberapa laki-laki yang diam-diam suka saya pandangi dari balik bahunya. Saya baru menyadari ini ketika suatu hari dia berkomentar: "Rin, lu ngapain sih suka jalan di belakang gue? Liatin pantat gue ya? Dasar bokep!" Yang lalu saya timpali sekenanya: "Iya, Bang. Pantat Abang sexy, bohay!"
Lelaki kedua, saya ga akan cerita banyak. Dia seorang pencinta buku. Dengan dia, saya bisa mengalami perasaan 'suka' tanpa cemburu yang membutakan, emosi berlebih, atau kekecewaan saat dia ga bisa menepati janji. Saya damai. 
Dari kedua orang ini saya akan belajar. Dari semangatnya, dari kematangan karakternya, serta dari cara mereka memaknai hidup yang bukan sekedar melewati waktu, tapi perjalanan untuk mencapai sebuah tujuan. Seperti yang Albert Einstein pernah bilang:
"If you want a happy life, tie it into a goal, not to people or things."

New Deep* for 26
So what's next? Tahun depan saya akan mulai ikut-ikut banyak tes untuk beasiswa. Saya juga mau nyari 'teman' yang bisa diajak masak-masakan Indonesia di sebuah apartemen kecil di NL sana. Teman solat Ied di KBRI kalau kami ternyata ga bisa pulang saat hari raya. The image of me and him, selesai solat Ied: saya sungkem ke dia. Lalu kami makan ketupat bareng, hasil masakan kami sendiri, di apartemen kecil kami ...di NL ;-)
Ahay! What a dream...

Dear Meong
Ini ceritaku, mana ceritamu? (Hahaha, jadi iklan mie instan deh). Sebagai akhir cerita, saya kutipkan salah satu kalimat favorit saya dari Sartre:
"Pilihlah! Yaitu: ciptakan!"
Karena hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan ada penderitaannya masing-masing.  Pilihlah dengan berani. Lalu ciptakan kebahagiaan dengan pilihan-pilihan yang kamu buat itu.
Sumpah ya booooo! Gue sayang banget sama elu, and so I'll be there whenever you need me (insyaallah). Walaupun cuma bisa ngasih pinjem sepasang telinga, dengan mata dan jari-jari yang ga fokus karena lagi BBM-an. Hahahahaha. I know you hate me for my disability of multitasking. Maap yak!
Segala sesuatu yang benar datangnya dari Allah SWT, dan yang salah datangnya dari... Dorce Show! Show!! Show!!! Shooooooow!!!
Billahi taufiq wal hidayah, wassalamu alaikum warahmatullah.
***

*New Deep adalah judul lagu milik John Mayer dari album Heavier Things, yang insyaallah jadi soundtrack saya tahun depan. (Footnote ga penting! Hahahaha)

22 Nov 2011

Weird

we are a little weird
and life's a little weird,
and when we find
someone whose weirdness 
is compatible with ours,
we join up with them 
and fall in mutual
weirdness and call it:
LOVE...

15 Nov 2011

Mr. November

Balada ditinggal kawin.


Sudah November, sebentar lagi Desember. Ya, ya, semua orang tahu itu. Tidak usah disebut-sebut lagi. Tapi apa yang berbeda dari November ini? Tentu tidak sama dengan November tahun lalu. Tidak sama, tapi rasanya serupa.
Jika November lalu saya bersedih karena Ibu saya kena serangan jantung minor hingga harus dirawat di rumah sakit, maka November ini saya harus banyak bersyukur karena kini beliau (mudah-mudahan akan selalu) sehat walafiat.


Jika November lalu saya ingat tidur di kursi penunggu pasien rumah sakit yang keras dan tidak nyaman, saat ini saya bisa tidur di kost saat hari kerja, di rumah saat akhir pekan, bahkan di hotel berbintang saat perjalanan dinas.


Saat menunggui ibu di rumah sakit itu, saya ingat ibu saya bercerita tentang bapaknya (kakek saya) yang sebelum meninggal sakit parah dan dirawat cukup lama. Saat itu yang seringkali menunggui kakek saya adalah pacar ibu saya (yang sekarang adalah bapak saya). Waktu itu saya jadi terbayang siapa kandidat pria baik dan santun yang (suatu saat, mudah-mudahan tidak terjadi lagi) kemungkinan mau menggantikan saya menunggui di rumah sakit. Lalu yang terbayang hanya satu orang: Mr. November.


Cerita silam saya dengan Mr. November akan saya simpan sendiri, tapi satu bagian yang saya akan beri tahu disini: bahwa saya akan selalu berterimakasih kepadanya. Terima kasih untuk ketulusan, kebaikan hati, kesabaran menghadapi saya yang dulu sangat kekanak-kanakan walaupun secara umur saya lebih tua satu bulan, hehe.


Terima kasih juga untuk selalu baik hati walaupun saya dulu "jahat" sama kamu. Kebaikan kamu selama ini, sadar atau tidak, membuat saya berpikir bahwa mungkin saya juga orang baik karena memiliki teman sebaik kamu. Terima kasih juga untuk bait-bait "Hanya Untukku" yang kamu nyanyikan saat saya "mutusin" kamu. Lagunya ga buat saya berubah pikiran saat itu. Lebih dahsyat, lagu itu buat saya tersenyum setiap mendengarnya, mulai saat itu hingga kini. Mungkin hingga nanti, mungkin selamanya. Terima kasih.


Kamerad! Happy wedding...!! Barakallah..


Pernah dengar ungkapan mengenai bedanya cowok (boy) dengan pria (man)...?
Katanya seorang lelaki bisa dikategorikan cuma sebagai seorang cowok ketika dia jalan sama cewek lain untuk bikin cemburu ceweknya sendiri. Sedangkan seorang pria akan jalan sama ceweknya sendiri dan membuat cemburu semua cewek lain yang ngeliatnya.


Well Mr. November, kamu masuk kategori pria. Saat kamu dan Mrs. November berdiri di pelaminan, akan banyak cewek yang berkata dalam hati: "damn she's lucky!"
Mungkin dari banyak cewek itu saya termasuk. Itu juga kalau saya datang ke resepsi kamu. Tapi sepertinya enggak deh. Saya perempuan, maka saya mengerti perempuan. Walaupun menunjukkan muka bahagia, masih ada kemungkinan bahwa Mrs. November akan agak bete kalau saya hadir. Sesama wanita harus tajam empatinya, saling merasakan. Saling menjaga perasaan. Saya doakan saja dari jauh ya. Doakan juga agar saya mendapat seorang pria, bukan sekedar cowok seperti yang saya temui belakangan ini.


PS:
Satu lagi yang sepertinya harus clear, bahwa: Tidak, saya tidak memiliki getaran khusus terhadap Mr. November. Yang ada hanya rasa terima kasih yang amat besar, juga kekaguman. Just in case you want to know. ;-)

30 Okt 2011

Jawaban yang Kebetulan

It just, happen.

Serendipity. Kebetulan. Bisa dimaknai sebagai "memperoleh sesuatu (biasanya jawaban atas sebuah pertanyaan) pada saat yang tidak diduga, saat kita tidak sedang mencari." It just, happen.

Kamu percaya yang beginian ga? Kayaknya kalau Si Meong sih percaya banget. Secara dia lagi bikin cerbung yang judulnya "Serendipity" juga. Hehe. Good luck with your story dear. :-)

Saya? Saya juga percaya banget. Kalau di-trace back, rasanya hampir seluruh hidup saya adalah kebetulan. Contohnya, yang agak lawas. Ketika dulu ujian masuk perguruan tinggi negeri (SPMB), soal-soal yang keluar saat tes kebetulan adalah soal-soal yang sering saya kerjakan saat latihan. Karena terus terang saja, saya bukan termasuk kelompok anak pintar: I'm average, just lucky! (begitu Bapak saya pernah bilang).

Contoh lainnya ketika saya sedang galau setelah lulus ujian sidang, ketika merasa khawatir dan takut dengan dunia kerja dan ketidakpastian lainnya, saya membuka Quran dengan acak. Kemudian saya menemukan sebuah ayat yang seolah khusus bicara pada saya saat itu juga: katanya saya tidak perlu takut dengan masa depan, karena bahkan binatang melata pun sudah ditentukan rezekinya oleh Sang Maha Penyayang. Saat lain adalah ketika kegalauan terhadap banyak hal memuncak hingga pada tahap gelisah, saya buka Quran lagi-lagi secara acak. Lalu seolah sambil tersenyum ia berkata: "Why so serious, dear? Bukankah hidup ini adalah permainan dan senda gurau yang seringkali bikin lupa diri? Mainlah yang cantik! Dan ingat bahwa sebaik-baiknya tempat kembali adalah akhirat: the best reward you can win."

Beberapa hari yang lalu juga begitu, saat bimbang dengan hidup karena akan bertambah umur, salah seorang teman membawakan cheese cake yang diatasnya ditaruh lilin angka nol. Mungkin bagi dia dan tiga orang teman lainnya yang ada saat itu, ini biasa saja: karena Si Teman yang membeli lilin tidak tahu saya ulang tahun ke berapa. Tapi bagi saya, ini cukup bisa dijadikan bahan perenungan. Coba dihayati: ada gituh ulang tahun ke-nol? Bahkan bayi pun merayakan ulang tahun pertamanya dengan lilin angka satu. Makanya kue ulang tahun dengan lilin angka nol menjadi semacam jawaban buat kebimbangan saya. "Restart!" pikir saya saat itu. Terimakasih ya teman-teman (Meong, Unoz, Gadis Kecil, dan yang terutama Om Beruang^^) untuk selebrasi manis kemarin. I can't thank you enough, walaupun cukup  bosen juga sih disuruh tutup mata 10x10 hitungan, gara-gara Om Beruang korek api-nya ilang, hahaha.

Begitu juga yang terjadi hari ini. Ketika akhir-akhir ini saya sedang mempertanyakan kembali apa itu cinta? Mengertikah saya dengan hal yang satu ini? Benarkah pengertian yang saya pahami? Tiba-tiba topik pengajian hari ini adalah tentang cinta, mulai dari berbagai definisi hingga cara menyikapi. Padahal kan sebentar lagi qurban, harusnya (umumnya) pembahasan di pengajian akan berkisar mengenai ibadah qurban, don't you think? Another kebetulan yes? :D

Hidup memang benar sedang mengajak saya main. Mungkin biar saya selalu senang, tidak sering sedih, apalagi sedih yang berkepanjangan. Lalu dalam permainan itu saya seringkali dapat hint dan handicap, karena Sang Pencipta sangat sayang sama saya. Ga usah sirik ya! DIA juga sangat sayang sama kamu. ;-)

Satu lagi adalah ketika saya membeli selembar kaos distro siang tadi. Nampaknya memang hanya selembar kaos oblong yang didiskon 20%+10%, tapi saat dilihat tag-nya di sana ada tertulis: "life always amaze me." Kalimat itu mungkin biasa aja buat temen-temen yang lain. Tapi bagi saya, ini adalah afirmasi terhadap pandangan hidup yang selama ini saya pegang. Saya hidup. Saya sedang bermain. Menikmati naik-turun, menang-kalah, senang-sedih sambil terus belajar bermain cantik. Berusaha mengambil pelajaran yang suatu saat akan saya bagi dengan anak-cucu (walaupun ga kebayang suatu hari saya bakal jadi nenek-nenek. I'm only good at being young :-p hehe).

Dari permainan "level" ini, lagi-lagi saya belajar sesuatu. Terutama tentang cinta, impian, dan cita-cita. Pelajarannya banyak, terlalu panjang jika dituliskan dalam satu posting. Saya tulis kesimpulannya saja ya. Biarpun ga terlalu nyambung kalau ga diceritain prosesnya sampai dapet kesimpulan macam ini. Hihi.

Kali ini saya disadarkan kembali bahwa:
Jadi orang itu tidak usah terlalu muluk. Minimal kita hidup tidak menyusahkan orang lain. Paling baik memang jadi orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain. Tapi dengan mampu membuat orang lain (terutama mereka yang kita sayangi) bisa bernafas lebih lega, itu juga sudah cukup.* **

*CMIIW
**Nampak sederhana, tapi kalau dihayati implikasinya besar juga lo. Banyak yang harus disiapkan untuk jadi orang yang tidak merepotkan, terlebih untuk membuat orang lain bisa bernafas lebih lega. Saya pribadi akan memulai dengan mempertajam empati. Bismillah. Hehe. :-)

16 Okt 2011

In Songs

Berawal dari celoteh Si Meong beberapa hari yang lalu saat chatting.

"Kebo! Pengen doooong punya kecengan..."
Saya ga habis pikir. Setelah ngeliatin temennya dibikin ngos-ngosan dengan masalah percintaan (*halah. lebay!), masih aja anak ini pengen jatuh cinta. Tapi wajarlah. Ada sesuatu yang mengherankan tentang urusan ini: bahwa sebelum kita suka dengan seseorang, sebelum tiba-tiba seseorang itu jadi bagian penting dalam hidup kita---kita toh baik-baik saja. Justru setelah ada yang namanya kecengan inilah, hidup jadi lebih rumit. Hahaha. Ajaibnya, kita tidak mengeluh. We love to fall in love. ^,^

Terus setelah celoteh tadi, eh kok malah saya yang main India-India-an. Haha. Saya bilang, enak ya kalau misalnya kita ketemu laki-laki seperti Bang Jhon (*as in Jhon Mayer). Dia bisa main gitar dan bikin lagu romantis (*halah! ga pentingggg :-p). Anyway, cerita film India-nya akan berbentuk seperti ini:

Saat saya labil, saya berubah menjadi Sheryl Crow dan menyanyikan lagu "Strong Enough"
God, I feel like hell tonight
Tears of rage I cannot fight
I’d be the last to help you understand
Are you strong enough to be my man?

Nothing’s true and nothing’s right
So let me be alone tonight
Cause you can’t change the way I am
Are you strong enough to be my man?

Lie to me
I promise I’ll believe
Lie to me
But please don’t leave

I have a face I cannot show
I make the rules up as I go
It’s try and love me if you can
Are you strong enough to be my man?

When I’ve shown you that I just don’t care
When I’m throwing punches in the air
When I’m broken down and I can’t stand
Will you be strong enough to be my man?

Lie to me
I promise I’ll believe
Lie to me
But please don’t leave
Setelah itu Si Kecengan sambil nunjukin muka santai mengambil gitar dan berubah jadi Jhon Mayer, dan menyanyikan lagu "Only Heart" seperti ini:
Do not waste this evening, baby I'm begging you
Your big imagination's playing its tricks on you
If you think my up and leaving's something I'm gonna do
Feel my chest when I look at you...

Baby you, you've got my only heart
Yeah, you've got my only heart
Yeah, you've got my only, only, heart

So hard to be so far out living our separate lives
You phone was really broken - I tried your number twice
And if you need confirmation, baby I understand
It's alright if you want me to tell you...

You, you've got my only heart
Yeah, you've got my only heart
Yeah, you've got my only, only, heart

And you love like your hand's on the horn, baby
I adore you but there's a hole in the cup that should hold your love
(hold my love)
If you let me leave
I swear, I never will

Remember now you...
You've got my only heart
Yeah, you got my only heart
Yeah, you've got my only
Only heart
Nice huh? Apalagi kalau "Si Bang Jhon" ini tampang dan posturnya mirip Rio Dewanto. Hmm, sempurna!
Hahaha, mulai berkhayal! (*bangun hooooiy! Rio Dewanto mah udah sama Atiqah Hasiholan! Kalah eksotis lu mah, wkwkwkwk..)
Dan, film India versi saya akan ditutup dengan lagu: ... "HUJAN GERIMIS" duet Alm. Benyamin Sueb dan Ida Royani (*haaaaaaaaa.. capedeeeeeeh... antiklimaks!)
Eh ujan gerimis aje
Ikan lele ada kumisnye
Eh jangan menangis aje
Kalo boleh cari gantinye

Mengapa ujan gerimis aje
Pergi berlayar ke tanjung cina
Mengapa adek menangis aje
Kalo memang jodo ngga kemana, hei hei

Eh ujan gerimis aje
Ikan bawal diasinin
Eh jangan menangis aje
Bulan syawal mau dikawinin

Mau dikawinin jangan nangis
Bepedak namanya
Yah, entar kaya celepuk dong

Mengapa ujan gerimis aje
Pergi berlayar ke tanjung cina
Mengapa adek menangis aje
Kalo memang jodo ngga kemana, hei hei

Jalan jalan ke menado
Jangan lupa membeli parang
Kalo niat mencari jodo
Cari yang hitam seperti saya (ah masa) 
Jadi dari awal cerita saya adalah Sheryl Crow, dan Si Kecengan adalah Jhon Mayer. Ditutup dengan finale dimana saya Sheryl Crow bertransformasi menjadi Ida Royani, sedangkan Jhon Mayer berubah menjadi Bang Ben. Hahay! Jadi sekarang, ada yang masih yakin kalau saya anaknya waras??? :-p

13 Okt 2011

Cinta Memang Bukan Untuk Dimiliki

Sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.
...Cinta memang bukan untuk dimiliki
Dan, cinta sekali lagi membuktikan kekuatannya malam itu, kalau cinta ada untuk cinta itu sendiri, bukan untuk dimiliki...
Cinta memang ada untuk dicintai dan diungkapkan sebagai sebuah jembatan baru ke pelajaran-pelajaran kehidupan manusia selanjutnya. Cinta yang akan membuat manusia lebih mengerti siapa dirinya dan siapa siapa penciptanya. Dan, dengan penuh rasa syukur akhirnya manusia menyadari bahwa tidak ada cinta yang paling besar di dunia ini kecuali cinta Sang Pencipta kepada mahluknya. Tidak pernah ada cinta yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang Pencipta----yang tidak pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai mahluk terbaik ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta... Ia memberi apa yang manusia butuhkan.

(5 cm.)

10 Sep 2011

Apa Kabar?

Dua kata berjuta makna.

Wah, sudah lama tidak menulis. Setidaknya saya merasa begitu. Malahan, ketika membuka blogger, tenyata interface-nya sudah sangat berubah. Terlihat lebih bersih dan moderen, tapi sulit digunakan. Mungkin karena belum terbiasa.

Sebelum memulai lagi menulis, saya ingin mengucapkan mohon maaf lahir dan batin bagi sahabat-sahabat yang suka dengan segala kerendahan hati membaca blog saya dan Meong. Semoga kami dimaafkan, jika sekiranya ada tulisan yang kurang sreg. Hehe.

Lebaran kali ini saya merasa berbeda. Padahal di awal saya sudah skeptis dan berfikir: lebaran begini-begini saja. Berkumpul, shalat ied bersama, berpelukan lalu menangis: kemudian besoknya akan kesal lagi, melakukan banyak kesalahan lagi, menyesal lagi. Ketika itu saya pun jadi berpikir: mungkin kali ini saya skip saja acara nagis-nangisannya, toh tiap tahun saya nangis. Ternyata tidak bisa: saya tetap menangis ketika dipeluk bapak, ibu, dan kedua adik saya yang sekarang sudah jadi pemuda. Lalu kenapa dirasa berbeda? Entahlah. Mungkin karena khotbah ied yang filosofis dan inspiring (mengingat kembali bahwa dulu khotbah ied juga yang membawa saya pada keputusan memakai kerudung). Mungkin juga karena setelah lebaran saya merasa mendapat awalan (start) baru. Tidak secara harafiah, tapi memang begitu terasanya. Biasanya moments of clarity saya dapatkan saat saya menginjak angka usia lebih tua (which is nanti, 1 bulan lagi). Tapi entah kenapa, feel-nya malah terasa saat ini. Selain merasa juga bahwa hidup ini bukan bergerak sebagai "time elapsed" tapi "time remaining." Haduh, ada apa dengan saya? Haha.

Satu lagi yang membuat berbeda. Tidak esensial tapinya: saya me-non-aktif-kan akun facebook saya. Mungkin teman-teman yang suka saya ganggu, dengan status atau link tidak penting yang saya posting ke dinding halaman itu, sudah menyadarinya. Hehe. Begitulah. Saya berpindah sepenuhnya ke kicauan burung (baca: twitter). Alasannya: karena saya adalah prbadi yang teramat sangat lemah. Saya tidak dapat menahan godaan untuk mengetahui kabar dari beberapa orang yang mencuri 'special interest' dari saya. Saya jadi selalu ingin tahu mereka (atau tepatnya: dia) sedang apa, terlihat seperti apa sekarang, kepada siapa dia menaruh hatinya, dan lain-lain--hingga saya berpikir: okay! I'm insane. It's time to move on and setting him free. YES! YOU'RE FREE! Walaupun pastinya dianya juga ga ngerasa apa-apa. Haha. Heboh sendiri.
Jadi teringat masa-masa ketika bertanya: "Apa kabar kamu?" memiliki arti sebenarnya: "Apa kamu sudah punya seseorang yang lain? Apa sudah bahagia dengannya?"

Mengutip puisi dari seseorang yang saya kagumi: "Aku suka kamu itu urusanku. Perkara kamu suka aku atau tidak itu urusanmu!"  Aedah, dahsyat kan? Haha. Begitupun sekarang, rasanya dengan ini saya sudah (sedikit) menyelesaikan urusan saya. Rasanya ingin kembali ke kenyamanan masa lalu ketika jejaring sosial paling canggih adalah friendster. Tidak memaksa kita menjadi stalker. Masa-masa nyaman karena ketika kita ingin bertanya kabarnya. Ketika rindu. Kita menganggkat telepon, mendial nomornya lalu berbincang. Meski kikuk, dan jawaban untuk kata "hallo" hanyalah "hai." Meski setelah "hai" hanya hening, sambil sesekali "hmm" atau senandung kecil. Hmm, rindu. Rindu. Apa kabar kamu? :-)

26 Mei 2011

Ikan Kecil itu Masih Ingat Bagaimana Caranya Menangis

Tapi ia lupa bahwa setelahnya, kepalanya akan berdenyut hebat :D

Sore ini, saat dalam metromini di perjalanan pulang, ibu saya menelepon. Karena tidak terdengar, 2 panggilannya tidak terjawab. Saat saya telepon kembali, saya bilang "Bu, teteh lagi di bus. Nanti aja ya telepon lagi." Ibu saya jawab, "Yasudah. Kamu baik-baik saja kan?" Saya jawab kalau saya baik-baik saja. Sambil menahan dorongan dari tenggorokan yang sebentar lagi men-trigger mata saya untuk berair. Tidak udah berpikir banyak tentang mengapa ibu bisa menelepon. Duga saya, ini bukan sekedar naluri seorang ibu. Pasti ada yang menelepon ibu dan bilang "Bu, teteh kenapa? Semalem statusnya kok kayak orang nangis." Dan kemungkinan sangat besar kalau yang menelepon saat ini sedang berada di Pekanbaru, pegawai BC yang berinisial NW. :D

Sudah lama sekali sejak terakhir kali saya menangis. Padahal dulu saya adalah anak yang sangat cengeng. Saat menangis kemarin saya jadi teringat orang yang mengajarkan saya bagaimana caranya tertawa, bahkan ketika semua terasa begitu berat. Delapan tahun lalu adalah pertama kali saya bertemu orang itu. Dia duduk di depan saya, di tugu Soekarno sore itu. Dia makan gorengan dengan lahapnya. Mungkin karena anak kost, jadi kalau ada gorengan gratis dia langsung semangat. Salahnya, dia makan gorengan sambil ngobrol dengan perempuan molek yang duduk disebelahnya. Dia jadi tersedak. Masih mengunyah, mulutnya masih penuh, dia melihat sekeliling. Mencari air minum.

Saya yang duduk di belakangnya lalu menyodorkan botol minum saya. Entah kenapa, refleks saja berkata "minum Bang?" Dia melihat saya heran. Tidak kenal kok berani memberi air minum. Begitupun saya, sama herannya. Tidak kenal kok ingin menawari air minum. Kelanjutannya saya lupa, apakah dia minum atau tidak air dari saya. Tapi yang sekarang saya pikirkan adalah: dari semua orang yang duduk di tugu Soekarno hari itu, kenapa harus dia yang duduk di depan saya. Dari semua orang yang duduk di dekat dia, kenapa harus saya yang memegang sebotol air mineral. Dari semua waktu yang ada, kenapa dia harus tersedak saat itu. Dari semua gorengan, kenapa bala-bala itu yang membuatnya tersedak. (Lho? Ga nyambung. Hehe).

Saya juga ingat betapa dia bisa membuat saya tertawa, bahkan saat berada jauh di dekatnya. Tanpa kontak, cukup dengan mengingatnya saya bisa tertawa sendiri seperti gila. Tapi saat ini, saya lebih ingin menangis daripada tertawa. Mungkin karena dia mulai memudar, dan saya belum siap.

Cinta adalah sebentuk energi, dan hukum kekekalan energi mengatakan bahwa "Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan." Karenanya, cinta akan mengambil bentuk lain, atau tepatnya beralih pada seseorang yang lain. Ketika yang satu memudar, lainnya akan tampak semakin jelas.

Bohong jika saya bilang kalau saya tidak tahu mengapa saya menangis. Ingin sekali berkata bahwa pemicunya banyak dan ini merupakan akumulasi dari kesedihan dan kelelahan yang saya rasakan. Tapi bukan. Bukan itu. Ini karena orang yang saya harapkan menggantikan pria yang tersedak gorengan itu ternyata membuat saya sakit hati. Saat saya mulai merasa zona nyaman yang lama semakin buram. Saat saya merasa ada zona nyaman lain yang mungkin bisa didatangi, ternyata zona yang baru itu malah terasa menyesakkan. Saya sudah coba menahannya, berpikir mungkin saya salah mengerti. Tapi sulit rasanya untuk tidak 'mendramatisir' ini semua. (Haha. Yes! I'm an ordinary girl!) Saat ini saya berpikir untuk mundur, kembali ke zona nyaman lama saya. Sahabat saya bilang "Jangan. Cerita kalian baru dimulai."

19 Apr 2011

Kamu Kapan Ga Pulangnya?

Mungkin. Nanti.

Kebalikan dengan pertanyaan yang seringkali diucapkan kepada anak yang baru kost. Alih-alih menanyakan "kamu kapan pulang?" saya malah hampir selalu ditanya "kamu kapan ga pulangnya, Rin?" Saya tahu benar, pertanyaan ini tidak diajukan karena yang bertanya kesal saya pulang terus. Alhamdulillah juga karena yang suka nanya itu bukan orang tua saya, karena hingga sekarang orang tua saya masih juga mengirim sms menanyakan "pulang pake travel apa? jam berapa berangkatnya?" setiap wiken.

Teman-teman kost dan teman kantor sering bertanya karena mereka ingin mengajak saya jalan di akhir pekan. Sedangkan teman-teman di Bandung bertanya karena mereka ingin berkunjung dan melihat bagaimana 'kehidupan' saya sebagai anak kost. Saya juga sering bertanya pada diri sendiri, kapan saya tidak pulang untuk sekedar membersihkan kamar saya secara total mengingat saat ini kamar saya dihuni belasan mahluk kecil tak diundang. Setelah beberapa saat merasakan sekamar dengan mahluk-mahluk ini, lama-lama saya jadi merasa wajar dan tidak terganggu. Mungkin karena waktu kecil saya suka dengan Mellisa, dan sering menyanyikan lagu 'semut-semut kecil' jadinya mahluk-mahluk ini jadi merasa familiar dengan saya. Walaupun kini saya tidak mau bertanya "apakah kamu di dalam tanah tidak takut gelap?" karena toh kamar saya terang benderang.

Ada beberapa alasan kenapa saya selalu pulang ke Bandung setiap wiken. Seperti baterai lithium-ion, saya perlu untuk di-recharge setiap minggunya. Saya merasa perlu pulang untuk sekedar memeluk Bapak, Ibu, dan adik saya; bercanda dengan sahabat-sahabat saya; dan bertemu dengan seseorang yang saat ini, entah kenapa, keberadaannya menjadi penting dalam hidup saya.

Lalu sampai kapan saya begini terus? Tentu tidak selamanya. Mungkin nanti kesibukan akan menyeret saya sehingga saya harus mengubah setting-an penggunaan energi yang lebih ekonomis, agar tidak perlu di-recharge setiap wiken. Atau mungkin nanti ketika saya sudah tidak secengeng sekarang.

Bertemu orang-orang tersayang di akhir pekan bagi saya saat ini adalah semacam reward. Ketika dari Senin hingga Jum'at saya 'dipaksa' untuk keluar dari kamar kost, kepanasan dan kegerahan dalam metro mini, bekerja di kantor yang belum sepenuhnya adaptable -- ada sesuatu yang saya nantikan di penghujung hari. Teman kantor saya bahkan sampai bilang kalau Jum'at pagi saya sudah nampak cengar cengir ga karuan.

Tapi sekali lagi, ini tidak akan selamanya. Lambat laun, saya harus meningkatkan standar diri sendiri. Sejauh mana pencapaian saya hingga boleh mendapatkan reward? Nanti, saya harus 'set the bar higher' karena hidup harus maju terus pantang mundur. Tidak boleh stagnan dan mudah berpuas diri. Karena hidup hanya sekali, dan hidup adalah sebuah permainan, maka saya harus bermain cantik. Okelah, sekarang saya sedang main dalam mode trial dalam level baru permain hidup. Tapi sebentar lagi, saya akan melangkah ke permainan yang sesungguhnya. Teringat dulu ada Akang Geologi di gerbang depan yang bilang pada saya "tong cicing wae! moal maju!"

***
Buat orang-orang tersayang, terima kasih karena telah menjadi sumber energi saya.
Special thanks buat Teh Ida Hamida for the advices whenever I'm down. Semoga mendapat pangeran di Klantan. Asal jangan jadi kayak Manohara aja. :P