“ I've lived, I've loved, I've lost, I've paid some dues, baby
Setiap kali mendengar namamu disebut orang lain, hati ini masih bergetar, walupun yang dimaksud bukan kamu.
Is true love once in a lifetime..???wanita menyimpan cinta pertama di hati, pria menyimpan cinta pertamanya dalam ingatan mereka.
“Even I do not know that, in my eyes there’s only you
And don’t know that my heart is throbbing, the sound of my heart beats
Sembilan tahun sudah sejak pertama kali kita bertemu di halaman sebuah sekolah menegah atas favorit di kota kami. Sekolah yang konon pernah menjadi sekolah terbesar se Asia Tenggara, mungkin untuk beberapa tahun kedepan sepertinya akan menjadi bangunan bersejarah. Bersama kita bertiga kita dihukum oleh guru penjaga penerimaan murid karena tertangkap memakai sepatu sandal. Saat itulah pertama kalinya kamu tersenyum manis kepadaku, sambil mengulurkan tangan memperkenalkan diri. Nama panggilan kamu sebenarnya nama pasaran di dalam beberapa sinetron remaja, tapi nama depan kamu bagiku adalah nama yang sangat langka dan jarang kudengar. Jadi setiap nama kamu disebut di sebuah angkot misalnya, telinga ini seolah familiar dan berharap mendengar informasi tentang kamu. Lama sudah tidak lagi berjumpa denganmu, terakhir adalah saat dimana kita sama-sama diterima di Universitas yang sama. Waktu itu aku dan temanku baru saja selesai dengan urusan birokrasi mahasiswa baru, sambil berkeliling di sekitar kampus non eksakta. Langak kami terhenti oleh sebuah wall climbing yang sengaja dipasang mahasiswa pecinta alam universitas tersebut untuk menarik minat mahasiswa baru yang ingin bergabung dengan mereka. Melihat wall climbing itu aku jadi teringat denganmu, di massa sekolah dulu akau pernah mengikuti kegiatan pecinta alam karena kamupun mengikutinya. Temanku yang tertarik itu pun memutuskan untuk mencoba tantangan wall climbing itu, aku hanya mundur sambil mencari tempat duduk yang nyaman untuk menontonya sambil mengenang masa lalu kau dan aku.
“I wanna love you I wanna with you Can you feel it, my feeling
Come to me, come a little bit closer and take my heart away Everyday lovely day
“hmm coba kamu ada disini, pasti kamu juga akan ikut mencoba menakhlukan wall climbing ini” gumamku dalam hati
Beberapa saat setelah aku bergumam seperti itu, kau muncul dari belakangku bersama teman-teman geng sekolah kita dulu.
“hey, ga mau ikut mencoba…??” tanyanya padaku dengan kibasan tangannya di lenganku berusaha membuyarkan lamunanku
Diriku yang masih shock dengan kehadiran dan sentuhanmu hanya bisa membalasnya dengan senyum paling manis.
“ambil jurusan apa kamu di sini…??”
“planologi…”
“planologi, apa an tu, belajar tentang apa tu, tanaman, atau planet-planet…?”
Deng….seandainya orang lain yang berkata seperti itu, aku akan bereaksi yang berlebihan seperti tersenyum dengan terpaksa, pergi meninggalkannya, menjelaskan dengan ogah-ogahan. Tapi ini kamu yang berkata padaku, kamu adalah alasanku setiap kali bangun dipagi hari, alasanku bersemangat 1000% berangkat ke sekolah waktu itu. jadinya kujelaskan dengan sabar apa itu planologi.
“ouw kamu ambil jurusan eksakta ya, dari dulu aku tahu kamu bisa, tapi kenapa dulu kamu mau ambil kelas non eksakta…??
Ya itu karena kamu, kamu kan masuk kelas non eksakta, ya kamu Cuma kamu, tapi aku tidak begitu saja menjawab alasan itu dengan jujur.
“he..he..he..tau aja kamu ih, kamu ambil jurusan apa, dari map yang kamu bawa sih kayaknya kamu masuk ekonomi ya, ga salah tu, susah lo ekonomi itu, kamu kan orangnya ga bisa serius kalau belajar, harusnya kamu masuknya jurusan komunikasi atau apalah di ilmu social politik..”
Kamu hanya membalasnya dengan senyum manis yang baru aku sadari kalau itulah saat terakhir kali aku melihatmu. Kita terdiam dalam sepi menikmati sejuknya kota kami dihari itu di halaman kampus baru kami. Dalam diam itu sebenranya adalah cara kita memahami satu sama lain, jarang sekali kota kami mendapat cuaca yang begitu sejuknya seperti saat itu. sesekali kita saling bertatapan sambil tersenyum menikmati hembusan angin yang membelai kami. Sebenarnya aku ingin sekali berlama-lama menghabiskan hari itu denganmu, mengingat saat itu kamu baru saja mengalami peristiwa buruk dalam kehidupan percintaanmu. Sungguh sebuah keajaiban melihat kamu tersenyum tulus, ringan tanpa beban hari itu, ya itulah yang kurasakan ditambah oleh pengakuan teman dekatnya yang terkejut melihat kamu tersenyum seperti hari itu.
“Don’t forget the memories we loved Even if you find another person that makes you smile Even the painful farewell, I am glad that it was you Gathering all my sad tears, good bye
To be continued....
0 comments:
Posting Komentar