...

I am strong, because I am weak...
I am beautiful, because I know my flaws...
I am a lover, because I have been afraid...
I am wise, because I have been foolish...
And I can laugh, because I’ve known sadness...
Feeds RSS
Feeds RSS

25 Jan 2011

Ketika Hilang

Much Bitter Than Sweet Reality

Seperti saat Harry Potter melakukan apparate dan disapparate, kita masuk dan keluar dari kehidupan orang-orang sekitar kita. Jangankan yang kenal, yang tidak kenal pun begitu. Misalnya di angkot, tiba-tiba seangkot dengan cowok ganteng yang pake earphone, lalu ia turun di Dipati Ukur, sementara kita masih harus nunggu dan turun di mulut Jalan Ganeca (Kayak ada aja trayek angkot macam itu. Eh, ada ga sih? Hehe). Intinya, si cowok ganteng itu tiba-tiba ber-apparate di angkot yang kita naiki, dan ber-disapparate di kisaran Dipati Ukur (yang menegaskan bahwa dia anak Unpad, ihirrr^^). Karena kita dan cowok ganteng itu baru ketemu sekali, dan kemungkinan besar ga akan ketemu lagi untuk jangka waktu yang entah, maka "ada dan tiada"-nya si cowok ini tidak terlalu problem buat kita. Toh cowok ganteng di Bandung stoknya banyak.

Berbeda halnya dengan teman, keluarga, atau orang terdekat lainnya. Dalam hidup, ada kondisi dimana kita ber-apparate dan disapparate dari kehidupan orang-orang terkasih. Dan kita sudah melakukannya sejak kecil. Dari SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke bangku kuliah, hingga dari satu tempat kerja ke tempat kerja lain seperti yang saat ini saya jalani. Sebelumnya saya sudah terpikir hal yang seperti ini, tapi belum benar-benar saya pikirkan hingga akhirnya saya menulis blog kembali. Menulis blog memang mengijinkan pikiran saya bermain liar dalam dunianya sendiri (haha, autis^^).

Anyway, saat kita hilang dari kehidupan orang terkasih, pernahkah terpikir mengenai bagaimana perasaan orang yang kita tinggalkan itu? Apakah mereka akan merindukan kita? Apakah ada tempat kosong yang tak tergantikan di hati mereka? Tempat di mana kita pernah singgah dulu untuk jangka waktu yang terbatas. Orang pendengki mungkin ingin agar mereka tidak tersenyum lagi. Pokoknya, ketidakhadirannya harus berdampak pada orang yang ditinggalkannya. Orang seperti inilah sebenarnya orang yang paling kasihan. Ia tidak memiliki pegangan lain setelah 'melepas' pegangan yang satu.

Yang jelas, yang saya tahu, saat kita ditinggalkan oleh seseorang yang kita sayangi untuk sekolah di tempat yang berbeda atau berkarir di tempat kerja yang berbeda, kita tidak selamanya bersedih hati. Memang akan ada yang kurang, tapi kita masih bisa tertawa. Masih bisa bahagia. Bukan lupa, tapi entahlah apa namanya. Jangankan ditinggal ke kota lain, ditinggal orang terkasih yang duluan dipanggil Sang Maha pun, kita masih bisa mencari kebahagiaan. Pun jika kita yang meninggalkan orang terkasih. Kita tidak lagi menjadi orang yang ditunggu untuk pulang bersama, makan siang, atau sekedar bertemu pagi-pagi untuk berbagi gosip dan kabar hangat. Teman kita terkasih masih bisa tertawa, masih bisa ceria, masih bisa mengejar bahagia. Dan itu indah.

Sambil menulis ini saya teringat lagunya KoC yang judulnya "I Don't Know What I Can Save You From" yang bercerita tentang Erlend yang ditelepon kawan lama setelah bertahun tidak berjumpa secara tiba-tiba (biar gampang ceritanya saya pakai nama salah satu personel KoC saja^^). Saat si teman lama diberi tahu "Datanglah ke rumah saja," setengah jam kemudian si teman sudah mengetuk pintu rumah. Saat melihat teman lamanya ini, Erlend nyaris tidak mengenali temannya itu, tapi sedikit melihat raut-raut yang dikenalnya bertahun kebelakang. Ia lalu berkata "Sungguh, saya tidak tahu bisa membantu kamu dalam hal apa." Inti dari cerita dalam lagu ini yang saya tangkap adalah, betapa banyak terjadi dalam realita hidup kita, teman yang dulunya dekat dengan kita dalam beberapa tahun berubah menjadi "hanya seorang kenalan." From a friend to just an acquaintance. Pahit? Mm, entah.

Ada juga status seorang teman di FB. Kebetulan ia sedang tugas belajar di luar negeri. Dan saat membuat status mungkin sedang rindu rumah. Katanya begini:
"Growing up sometimes means leaving people behind. By the time we stand on our own feet, we're standing there alone."
Nah, kalau statement ini terlalu pahit buat saya. If being grown ups means standing alone, lebih baik tidak usah grow up. Haha. Terdengar cengeng, karena memang. Kan sudah saya warning di awal bahwa tulisan ini lebih ke bitter daripada sweet. Walaupun saya sudah sangat mahfum bahwa setiap manusia memang sendirian. Tapi toh kita tidak sendirian sendiri. Ada banyak orang yang sendirian, bahkan semua orang sendirian tapi sendiriannya rame-rame. Ini juga diambil dari salah satu line yang saya suka dalam film P.S. I Love You. Katanya (ga persis ya, kira-kira):
"Kalau kamu sedang sedih, sedang merasa berat, merasa kesepian. Cukup ingat bahwa kita tidak kesepian sendirian. If you are lonely, then you are not lonely alone."

Mohon ijin ber-disapparate. :)

Akhirnya Datang Juga

Perasaan sering banget pake kata akhir, heu!

Alhamdulillahhi Rabb Al Amien... Hari ini pengumuman penempatan kerja saya keluar juga. Setelah lama menunggu. Kata banyak orang, menunggu adalah pekerjaan paling tidak menyenangkan. Dan saya adalah salah satu orang yang menentang statement tersebut. Hihi. Mengapa begitu? Karena pada saat menunggu saya bisa nge-blog. Haha.

Tapi seriusan, menunggu yang satu ini, khusus yang satu ini, membuat saya gusar luar biasa. Karena biasanya saya adem ayem saja kalau menunggu yang namanya pengumuman, apapun jenisnya. Momem menunggu adalah moment of clarity bagi saya, momen yang baik untuk memikirkan berbagai langkah dalam hidup saya. Tapi enggak sebulan juga nunggunya. I need some activity. Doing nothing is driving me crazy. Haha.

Sudahlah. Kemarau setahun pupus dengan hujan sehari. Menunggu pengumuman sebulan tidak seharusnya membuat saya terus-terusan mencak-mencak ga karuan. Toh ada hal lain yang perlu dipikirkan. Terutama tentang apa jenis pekerjaan yang akan saya lakukan nantinya? Apakah saya akan siap mengerjakannya? Terlebih, apakah saya bisa mengamalkan ilmu sebaik-baiknya sehingga bisa berprestasi di tempat kerja baru? Wallahu a'lam.

Bingung. Saya tahu, paling tidak pernah dengar, yang namanya Sekretarian Direktorat Jenderal (SetDitJen). Saya juga tidak asing dengan yang namanya Direktorat Jenderal Penataan Ruang (DJPR). Tapi saya tidak mengerti apa itu Tim Penugasan Khusus dibawah koordinasi DirJen. Katanya kerjaannya berkutat dengan bikin-bikin paper, tugas-tugas yang sifatnya adhoc, hingga mengadakan pelatihan.

Sudahlah. Kita lihat nanti. Yang penting neneng tidak akan patah semangat.
Laa Haula Wa Laa Kuwwata Illaa Billah.
:)

23 Jan 2011

Hati Yang Rahasia

Original Title 'Secret Heart'
Performed by Feist

Mengapa lagu ini?
Rasanya ingin saya menunjukkan playlist yang saya sedang gandrungi dengan cara yang berbeda. Karena saya pernah bilang bahwa saya lebih ke arah "lyrics person" maka saya coba bagi salah satu lagu yang saat ini selalu berputar-putar dengan senangnya di kepala saya, dengan cara yang lain. Isengnya saya. :-P
Lagu yang dimaksud adalah salah satu lagu dari Feist. Saya suka Feist semenjak mendengar suaranya yang khas dalam lagu "Know How" dari Kings of Convenience. Sedangkan lagu yang akan saya bagi di sini berjudul "Secret Heart" bercerita tentang memendam perasaan dalam hati. Klise memang. Tapi klise yang menyenangkan. Jika diulas dari segi melodi, sepertinya tidak usah diragukan, Feist memang unik dan agak nakal. Sedangkan dari segi lirik, secara garis besar sederhana namun ada beberapa kontroversi yang "lucu" di dalamya. Mari, saya tunjukkan. Kali ini dalam Bahasa Indonesia hasil terjemahan bebas saya sendiri.

"Hati yang Rahasia"

Hati yang rahasia
Kamu terbuat dari apa
Apa yang kamu takutkan
Mungkinkah
Tiga kata sederhana
Atau takut ada yang curi dengar
Apa yang salah

Biarkan ia masuk dalam hatimu yang rahasia

Hati yang rahasia
Kenapa begitu misterius
Kenapa begitu takut
Kenapa begitu serius
Mungkin kamu
Hanya pura-pura kuat
Mungkin kamu tidak cukup jantan
Apa yang salah

Biarkan ia masuk dalam hatimu yang rahasia

Rahasia yang satu ini
Yang kamu coba tutupi
Adalah rahasia yang sama
Yang kamu mati-matian coba tunjukkan
Pergi katakan padanya perasaanmu

Hati yang rahasia keluar dan berbagi
Kesepian ini, hanya sedikit yang tahan
Adakah kaitannya dengan
Mengakui bahwa kamu tidak bisa melaluinya sendirian

Biarkan ia masuk dalam hatimu yang rahasia

Rahasia yang satu ini
Yang kamu coba tutupi
Adalah rahasia yang sama
Yang kamu mati-matian coba tunjukkan
Pergi katakan padanya perasaanmu
Hati yang rahasia ini

Keluar dan berbagi
Hati yang rahasia ini

Haha. Mudah-mudahan tidak se-dangdut yang saya rasa saat menerjemahkannya ;-)

18 Jan 2011

Sebuah Akhir

Cerpen

Suaranya masih parau tapi hatinya senang. Hari ini ia mencoba sesuatu yang sudah lama ingin ia coba. Tak rela rasanya jika kesenangan itu cepat terbang. Inginnya Tara membatalkan janjinya dengan Regi hari ini, tapi tidak bisa. Ia sudah berjanji pada Saci mau mengajak Regi berbicara. Tapi entahlah, Tara sendiri bingung apa yang ingin dibicarakannya dengan Regi. Jadi tidak yakin ingin bertemu hari ini, walau kemarin rasanya antusias sekali.

Sudah seminggu berlalu sejak Tara mengajak Saci keluar makan malam. Itu yang biasanya mereka lakukan ketika ada persoalan penting untuk dibicarakan. Walaupun pada kenyataannya hal penting itu seringkali ga penting-penting amat. Well, penting atau tidak pentingnya suatu persoalan pada dasarnya bergantung pada konteks persoalan tersebut. Penilaian manusia toh seringkali bergantung pada konteks, baik waktu, subjek, objek atau konteks lain yang berkaitan.

Sambil mengemudikan mobil abu mungilnya Tara mencoba mengingat pertemuannya dengan Saci minggu lalu. Hari itu Rabu, Senin-nya Tara seharian di cubicle-nya menyelesaikan laporan. Selasanya harus menemani tenaga ahli ke Jakarta untuk mendiskusikan jadwal dengan pemberi kerja. Rabu-nya Tara mendadak harus ke Jakarta lagi, kali ini untuk mendampingi tenaga ahli berdiskusi. Tidak banyak waktu yang bisa Tara habiskan dengan Saci, tidak sepeti tahun lalu saat mereka masih menginjak tahun pertama di tempat kerja. Lebih banyak tawa, lebih sedikit problematika. Semuanya terasa lebih sederhana. Sesaat sebelum pergi ke Jakarta Rabu pagi itu, ada bisikan yang mengatakan betapa Saci nampak sangat kusut seharian kemarin.

"Mukanya tuh bete banget Tar. Untung kemaren lu pergi. Kalau enggak, kayaknya lu ikut pusing dibikinnya."

"Lho? Kenapa gue harus ikut pusing?"

"Taaaaar, Tar! Lu tuh walau nampak cuek, sebenernya lu maintain temen-temen lu banget lagi. Yah, setidaknya yang deket lah. Lu emang cuek, bisa memperlakukan setiap orang dengan sama. Tapi tidak pada orang-orang tertentu yang lu deket sama mereka. Dalam hal ini Saci."

"Emh. Gitu ya?"

"Yah, apapun itu Tara. Pesen gue, jangan biarin yang kayak gini ganggu konsentrasi kerja ya? Lu tuh belom bisa mengontrol mood pribadi. It's one of your flaw, selain yang lu suka telat masuk kerja. Hehe. Sisanya, I think your okay. Semangat ya say!"

Setelah obrolan itu, Tara bertekad akan mengajak Saci keluar malam itu juga sepulangnya dari Jakarta. Terbukti sudah pendapat yang mengatakan bahwa Tara orangnya 'nge-maintain' banget, walaupun ia sebenarnya tidak mau mengakuinya.

***
"Sejak lu berhenti atau putus atau apalah namanya itu sama Regi, dia tuh ga berhenti gangguin gue. Gue capek Ra, capek banget."

"Lho? Kenapa lu harus capek? Bukannya biasa kalian bercanda bertengkar-bertengkar begitu?"

"Enggak. Yang sekarang tuh beda. Dia tuh beda."

"Maksudnya? Beda gimana?"

"Yah. Pokoknya lebih ga jelas deh. Gue juga ga ngerti."

"Lebih manja maksud lu? Emang gitu kali anaknya Ci. Kita kan emang baru kenal dia sebentar. Mungkin sekarang dia udah mulai ngerasa nyaman sama kita-kita, lalu sifat aslinya keluar."

"Ga tau lah gue. Mungkin juga. Tapi mungkin juga enggak. Pokoknya gue capek Ra. Gue tuh cape berusaha ngertiin orang-orang. Gue tuh berasa ada di tengah-tengah. Lu sahabat gue, dia temen gue. Kalian berhenti ngobrol kayak dulu, gue yang jadi bingung harus menyikapinya gimana."

"Oke. Kalau gitu, gue nanti ngobrol deh sama Regi. Dan elu, Saci-ku sayang, ga perlu capek. Esensi dari 'ngertiin orang lain' adalah agar kita ga capek lagi mengharapkan sesuatu dari orang itu. Let go Ci. You can't make everyone happy. Inget prinsip Pareto Optimum?"

"Don't start economic lesson on me girl. I'm much better than you on that subject, right? Hehe."

"Yeah, right. Hehe."

***
Tidak adil rasanya menggunakan Saci sebagai alasan bahwa dirinya harus berbicara dengan Regi. Memang ada beberapa hal yang perlu dibicarakan. Apapun itu. Saci hanya salah satu pendorong, bukan faktor utama yang membuat pertemuannya dengan Regi kali ini sebuah kebutuhan jika tidak disebut keharusan. Masih, Tara bingung apa yang harus dibicarakan itu sebenarnya. Tara bukan orang yang biasa berpikiran rumit. Ia seringkali menyederhanakan suatu kejadian dalam satu tema besar di dalam otaknya, dan tanpa sengaja menghapus segala detailnya. Dan semua yang ingin dikatakannya pada Regi cuma bisa digambarkan Tara sebagai 'Kotak Pandora', sebuah benda yang sebaiknya tetap tertutup. Walaupun menurut alkisah, sesaat setelah Pandora membuka kotak itu dan semua hal yang tidak diinginkan keluar darinya, terdapat sebuah benda yang tersisa. Benda itu adalah 'hope,' harapan. Tetap saja, walaupun di sana ada harapan yang tersisa dan isi kotaknya ia yakini tidak semengerikan milik Pandora, Tara tidak yakin untuk membukanya.

Hubungan Tara dengan Regi tidak bisa dikatakan pacaran, tapi tidak bisa juga dikategorikan teman biasa, karena segala aktifitas yang mereka lakukan 'mirip' orang pacaran. Tara mengenal Regi empat bulan yang lalu. Pertemuan pertama yang biasa saja bisa menjadi sangat menyenangkan seiring berjalannya waktu. Regi bisa membuat Tara nyaman, dan tara mem-'fait accompli' perasaan itu sebagai cinta. Sudah terlambat bagi Tara saat menyadari bahwa semuanya berjalan terlalu cepat, karena ia sudah terlanjur menyatakan perasaannya pada Regi.

Saat Tara menyadari bahwa ia terlalu cepat mengambil langkah, gosip kedekatan mereka sudah menyebar di seantero kantor. Resiko dekat dengan teman sekantor memang tidak bisa dihindari. Antusiasme Saci untuk lebih mendekatkan mereka berdua lama-lama tidak membantu juga, malah melelahkan bagi Tara. Lebih melelahkan karena Tara tidak bisa mengeluhkan hal itu pada Saci, takut Saci tersinggung. Satu dan lain hal membuat Tara semakin yakin bahwa semuanya salah. Terlalu cepat. Dan pihak yang bersalah adalah dirinya sendiri. Tidak bisa tidak, ini semua harus diperbaiki. Tidak bisa kembali pada titik nol memang. Tapi bukan juga seperti nasi yang jadi bubur. Toh bubur pun bisa dijadikan lontong. Keengganan Tara untuk bicara pada Regi ditepisnya sudah. Terlebih mulai bulan depan ia akan pindah tempat kerja, meninggalkan Saci dan Regi serta teman-teman lainnya. Satu per satu, semuanya, harus diselesaikan.

***
Regi sepertinya sudah menunggu. Mata Tara yang rabun tanpa kacamata menangkap seorang lelaki muda tersenyum dan melambaikan tangan. Mereka lalu duduk di sofa sebuah restoran. Kalimat demi kalimat obrolan ringan mulai terlontar. Hingga malam tiba, dan akhirnya Tara mulai mengatakan apa yang ia pikirkan selama ini. Tanpa banyak detail, menjaga 'Kotak Pandora' agar tetap tertutup rapat.

"Aku buat kamu. I'm just another girl in another gossip about Regi Jayanto. Nanti Gi, saat aku udah pergi, akan ada orang lain yang masuk dalam hidup kamu. Dan siklus ini akan terjadi lagi. Seperti apa yang kamu pernah bilang ke aku, bahwa kemanapun kamu pergi, selalu digosipin sama si ini, sama si itu. Karenanya, nanti, kamu akan mendapat warna baru di hidup kamu. Another candle to lit upon. Dan kamu buat aku, untuk saat ini, you are still a significant someone. Because you lit my fire once. Entah di masa datang. Tapi selamanya, kita adalah teman."

Regi hanya terdiam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Malam minggu mereka yang terakhir baru berakhir. Tapi akhir cerita lama adalah awal cerita baru. Seperti 31 Desember yang dirayakan hingga 1 Januari menyongsong, kenapa akhir ini tidak bisa ditutup dengan sorak sorai dan letupan kembang api yang menghias langit malam? Bisa saja. Kenapa tidak?

========
Fiksi.
Yeay! Finally, my new year's short story. Hihi. Credits to:
'Si Meong' Lilik Lestari. Semoga cerita kita tidak berakhir sampai disini. Keep on inspiring me dear, love you. :-*
'Si Kucing Tengil' Haikal Reza. As I always say, please be a great man in the future. Hope you'll find your passion soon. Thanks for letting me in as a cameo in your life. ;-)

9 Jan 2011

Friendster dan Insomnia

Membuka Kembali Situs Jejaring Sosial Lawas ;p

Ini sudah pukul 02:57. Dini hari. Walaupun keterangan posting di bawah tidak menunjukkan demikian. Sengaja dibuat begitu oleh Si Meong, katanya biar kalo lagi nakal posting di kantor ga ketauan. Hehe.

Malam ini ga bisa tidur. Jantung rasanya berdegup lebih kencang. Pertama karena batuk-batuk alergi dingin yang selalu kambuh kalau tubuh saya sedang underweight. Ya, saya mengurus. Normalnya sekitar 55 kg, sekarang hanya 48 kg. Satu kg lebih rendah dibanding saat saya mau kuliah dulu. Dan penyakitnya sama, batuk alergi. Kurus=batuk alergi. Sepertinya ga ada lemak yang cukup di tubuh saya yang bisa menahan semilir angin dingin kota Bandung sehingga paru-paru saya harus melakukan perlawanan. Kedua karena saya terbakar cemburu. Haha. Mengerikan sekali perasaan ini. Sudah lama rasanya tidak seperti ini. Asik juga, bergelora, seperti hidup kembali. Pret! Hahahaha.

Solat tahajud sepertinya sudah bisa sedikit menenangkan hati saya tadi. Curang ya saya? Kalau lagi galau aja, inget tahajud. Kalo enggak, paling begadang nonton bola. Maaf ya Allah, saya nakal. Saya coba lebih keras buat jadi anak baik deh. Kemarin Pa Ustad bilang tahun ini saya harus menghitung berapa malam saya bolong solat tahajud, bukan sebaliknya, menghitung berapa kali saya solat tahajud. Baiklah, saya coba ya. Hehe. Saya juga punya banyak request yang saya selipkan dalam doa-doa saya. Dasar tidak tahu malu! Bisanya cuma berdoa dan meminta. Mana amalan baiknya?! Huft. Tapi kalau dipikir lagi, kalau bukan sama Allah, saya mau minta sama siapa lagi? Maaf lagi ya Allah. Saya sangat nakal.

Karena insomnia, saya jadi buka macam-macam. Jam segini mana ada orang update status FB yang seru yang bisa dikoman-komen. Yang di Indonesia lagi pada bobok, yang di luar negeri paling nge-share foto yang tambah lama tambah bikin sirik. Gyaaaa!! Aku ingin sekolah!!! Ahahahaha. Mulai. Curcol. Akhirnya saya buka friendster. Lupa password akhirnya minta di-send ke email. Ternyata passwordnya nama si dia pake embel-embel ganteng di belakangnya. Hahahaha, ababil memang. Setelah friendster terbuka, woooo. Amazing. Sudah lama rasanya. Ternyata benar kata orang-orang. Tampilannya sudah berbeda. Jadi bagus. Kalau teman-teman ingin lihat friendster saya boleh saja. Tapi beda dengan account FB, friendster saya ga pake nama asli. Tapi ga pake nama alay juga. Cuma nama panggilan sebagai nama depan, dan nama ayah sebagai nama belakang. Sok, boleh lah dicekidot! Heu.

Iseng-iseng liat foto profilnya. Saya yang masih berusia 2 tahun. Lucu juga. Di atas motor bebek honda warna merah. Nampak boyish, tapi manis. Huh! Dasar narsis! (Bagus ya kata-kata tadi, berima, haha). Terus iseng-iseng lagi baca testimonial teman-teman. Saya tidak banyak dapat testimoni, karena teman saya disitu juga sedikit. Setelah baca jadi ketawa sendiri. Ternyata menurut teman-teman, saya ga jelek-jelek amat. Hahaha. Intinya dari situ mereka bilang saya cukup keren, berkepribadian kuat, cukup pintar, senang melucu namun menyeramkan saat serius. Dan yang paling diamini semua orang, katanya saya sexy. Hahahaha. Jadi ngebayangin sebenernya dulu sebelum berkerudung tampilan saya seperti apa. Perasaan saya pake baju normal-normal saja. Kenapa dibilang sexy?

Lalu lihat weblognya. Tulisannya tidak banyak, tapi lucu juga. Haaaah, jadi kangen semua teman yang memberi testimoni. Hayu ah, ngumpul lagi. Emh, tapi sulit sepertinya. Sudah punya kesibukan masing-masing. Hidup dalam garis-garis kehidupan yang paralel satu sama lain. Seperti lintasan rel kereta api, teman saya bilang. Semuanya maju, tidak pernah bersinggungan. Kapan kita berhenti di stasiun yang sama untuk sekedar menghela nafas di kehidupan yang terus memaksa kita berlari ini? Mungkin nanti ya? Di reuni 25 tahunan. Seperti yang pernah kita lihat dari senior kita angkatan 70-an. Mereka berkumpul. Kebanyakan sudah purnabakti. Sudah mencicip manisnya kesuksesan hingga sekarang tinggal mendonasikan uang. Makanya acaranya diadakan dengan mewah. Kitapun dulu kecipratan makan-makan gratis. Hehe.

Tapi terlalu lama kawan. Saya butuh kalian sekarang. Ketika labil dan ingin disemangati. Ketika lelah dan kalian sejenak berhenti berlari. Melambat dan menoleh pada saya lalu berkata, "Ayo, Di. Main bola lagi!" (Lho? Jadi sepeti iklan layanan masyarakat bagi penderita epilepsi ya? Haha). Serius nih. Saya ingin kalian melambat dan menoleh pada saya lalu berkata, "Ayo Rin, jangan berhenti disini. Berjalan pelan jika tidak kuat berlari. Saat kamu tahu arah, berlarilah kembali. Dan saat berlari, berlarilah sekencang-kencangnya dan kita akan bertemu di reuni 25 tahunan menoleh kebelakang dengan gilang gemilang!" Hahahaha. Khayalan tingkat tinggi kawan. Kalian sangat kenal saya. I'm a dreamer, too far to be called a visioner. Haha.

Anyway, hujan di luar sudah mulai mereda. Hanya gemericik kecil dari genteng yang terdengar jatuh menyentuh tanah. Bapak sudah pulang mengantar adik saya ke Primajasa bandara karena pagi nanti dia sudah harus bekerja lagi di DJBC Riau. Semangat bro! Teteh bangga sama kamu. Haha. Keren sekali kalau sedang pakai seragam. Walaupun pangkatnya masih satu garis putih. Ditunggu di Jakarta saat kamu kembali kuliah D4 di Bintaro. Ayo kita beli rumah. Tinggal bersama. Di weekend mungkin Ibu yang ke Jakarta, bukan kita yang ke Bandung. Haha. Mulai lagi bermimpi. Padahal mata masih segar dan melek. Besok pasti nampak seperti panda. Sepertinya harus beli roller buat mata merek Garnier yang ditawarkan Laudia Cynthia Bella (bener ga ni nulis namanya ya? haha).

Selamat pagi Bandung. Sudah 03:36. Mari coba memejamkan mata.

2 Jan 2011

Should I Confess

akhir-akhir ini meong suka bangetz ma lagu-lagu yang metal : melow total, seperti lagu ini, lyrics nya dalem bgtz, biasanya meong kalau suka sama suatu lagu karena melodi nya yang enak, sama lyricsnya yang jujur..

Should I Confess

again today i looked into the sky aimlessly
i tried to draw your face slowly
your lips, your eyes are so lovely today
i tell my self that i need to forget you
i keep telling myself that can't see you anymore
but you're the only one for me
it can't be anyone else
will you accept my heart now

should i tell you that i love you?
do you know how i feel when i look you everyday?
if you stay by my side i don't want anything else
will you just stay my side?

should i try to run to you?
i want to know how you feel about me
that's the only thing i need
i can't imagine day without you
will you accept my feeling for you?

i try to remember everything that you did for me in the past
do you know how i feel when i look you everyday?
if you stay by my side i don't want anything else
will you please stay by my side and protect me?

should i tell you that i love you?
do you know how i feel when i look you everyday?
if you stay by my side i don't want anything else
will you just stay my side?

the cold looks you always gave me, and the way you used to talk to me
they don't matter to me anymore
will you tell me how you feel about me?

i love you...
i love you, i love you more than anyone else in the world
if you give into this love i won't except anything else
you're enough for me

should i find the courage to confess to you?
i need to know how you feel about me right now
i don't desire anyone else

i can't live one day without you
i only love one person
the person i love is you

Realize

Colbie Caillat

Why I like this song:
Whew, first song in my playlist in 2011. :)
Sebenernya udah lama pengen posting salah satu lagu Colbie Caillat di label playlist Kebo, cuman saking banyaknya lagu
si neneng yang satu ini yang saya suka jadinya bingung mau pilih lagu yang mana. Heu.
Anyway, I love Colbie Caillat. Tadinya mau posting liriknya "Bubbly" atau "Begin Again", tapi lagu ini adalah yang paling connect sama mood saya saat ini.
Yes, I want him to meet me half way!
:P

Enjoy the lyrics:

Take time to realize
That your warmth is crashing down on in
Take time to realize
That I am on your side
Didn't I, Didn't I tell you

But I can't spell it out for you
No it's never gonna be that simple
No I can't spell it out for you

If you just realize what I just realized
Then we'd be perfect for each other
and will never find another
Just realized what I just realized
we'd never have to wonder if
we missed out on each other now

Take time to realize
I'm on your side
didn't I, didn't I tell you
Take time to realize
This all can pass you by
Didn't I tell you

But I can't spell it out for you
no its never gonna be that simple
no I can't spell it out for you

If you just realized what I just realized
then we'd be perfect for each other
then we'd never find another
Just realized what I just realized
we'd never have to wonder if
we missed out on each other now

It's not always the same
no it's never the same
if you don't feel it to
If you meet me half way
If you would meet me half way
It could be the same for you

If you just realized what I just realized
then we'd be perfect for each other
then we'd never find another
Just realized what I just realized
we'd never have to wonder
Just realized what I just realized

Missed out on each other now
Missed out on each other now
Realize, realize, realize, realize